AWS Wavelength Manfaatkan Teknologi 5G Latensi Rendah
Terakurat – Teknologi 5G sudah didepan mata, sejumlah negara maju sudah menggelar layanan seluler generasi ke lima ini dan Indonesia juga hanya tinggal menunggu waktu. Hadirnya teknologi 5G rupanya sudah diantisipasi oleh Amazon Web Services. Perusahaan cloud ini tengah memperkenalkan platform baru bernama AWS Wavelength.
Layanan ini diungkapkan oleh Olivier Klein, Head of Emerging Technologies AWS Asia-Pasific. Ia menegaskan bahwa layanan komputasi dan penyimpanan di tepi jaringan 5G operator seluler. Selanjutnya akan menyediakan akses tanpa batas ke lasnya layanan AWS di wilayah tersebut.
“AWS Wavelength memungkinkan untuk membangun aplikasi yang melayani end-user dan perangkat seluler dengan latensi milidetik satu digit di jaringan 5G. Seperti game dan streaming video langsung, inferensi pembelajaran mesin di ujungnya, dan augmented reality dan virtual reality,” ujar Olivier.
Layanan AWS Wavelength
AWS Wavelength membawa layanannya ke ujung jaringan 5G, dan meminimalkan latensi agar terhubung ke aplikasi dari perangkat seluler. Lalu lintas pada aplikasi dapat mencapai server aplikasi yang berjalan di Zona Wavelength tanpa meninggalkan jaringan penyedia seluler.
Selain itu AWS Wavelength juga memberi pengalaman pengembangan yang konsisten di beberapa jaringan 5G di seluruh dunia. Sehingga para pengembang dapat membangun aplikasi latensi ultra rendah generasi berikutnya dengan layanan API, AWS dan alat-alat yang sudah di kenali.
Saat ini, AWS telah bermitra dengan sejumlah perusahaan telekomunikasi terkemuka termasuk, Vodafone, Verizon, SK Telecom dan KDDI. Operator seluler ini telah mendukung layanan AWS Wavelength di Amerika Utara, Jepang, Korea dan Eropa pada tahun 2020.
Inovasi AWS Wavelength dalam memperkuat Ekosistem Cloud
AWS Wavelength hanya satu dari sekian banyaknya inovasi yang dihadirkan AWS. Dalam sebuah ajang AWS Re: Invent 2019 yang digelar pada awal Desember 2019 di Las Vegas, AWS telah mengumumkan serangkaian Inovasi dan fitur-fitur baru yang akan mempermudah pemanfaatan teknologi-teknologi digital baru seperti halnya Artificial Intelligence, dan Machine Learning. Kemudahan tersebut diwujudkan dalam berbagai fitur berdasarkan customer experience yang di pakai dalam eksperimen inovasi.
Menurut Olivier, teknologi baru tersebut akan memungkinkan munculnya berbagai inovasi mutakhir. Contohnya seperti kendaraan mandiri, drone, voice assistants, chatbots, personalized experiences, fraud detection, dan sebagainya.
“Juga, inovasi terbaru seperti robotic fulfillment, computer assisted health diagnosis, intelligent manufacturing, augmented realities, biometric identities, genomics and personalized medication,” ujar Olivier. Namun semua aplikasi yang dibangun masih berorientasi pada human centric. Misalnya, dulu harus mengetik di komputer dan membuat bahasa pemrograman untuk membangun sebuah aplikasi digital, sekarang kita bisa berbicara dengan komputer untuk melahirkan inovasi digital terbaru. Komputer dapat mengenali suara dan wajah.
“Hal itu mungkin karena semakin banyak data yang tersedia, computer makin pintar, dan di atas itu ada artificial intelligence dan machine learning,” paparnya. Menurutnya, ketika semua orang sudah mulai fokus terhadap teknologi baru digital untuk menciptakan customer experience terbaru, hal ini akan kembali ke titik eksperimen inovasi. Kekuatan eksperimen telah menjadi mesin untuk mendorong pesatnya inovasi.