Cerita Legenda Puteri Raja Di Indonesia!
terakurat.com–cerita-legenda-Tak kalah dengan princess disney, pada zaman dahulu ternyata Indonesia juga memiliki puteri raja yang sangat cantik dengan membawa kisahnya masing-masing. Berikut ini adalah cerita legenda para puteri raja dalam sejarahnya.
1. Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang.
Kisah cinta bertepuk sebelah tangan yang berakhir dengan tragis ini adalah legenda terbentuknya Candi Prambanan. Menurut cerita, Roro Jonggrang adalah putri dari Raja Boko yang terkenal dengan kencatikannya. Banyak pria jatuh hati padanya, termasuk Bandung Bondowoso, ksatria sakti asal Pengging. Bandung Bondowoso lantas mendatangi Raja Boko untuk melamar Roro Jonggrang.
Takut menyinggung perasaan Bandung Bondowoso dan berniat untuk menjaga keamanan kerajaannya, Raja Boko mengiyakan permintaan tersebut dengan syarat Bandung Bondowoso harus menyampaikan maksudnya secara langsung pada putrinya. Roro Jonggrang yang enggak suka pada Bandung Bondowoso lalu memberikan sebuah syarat berat bagi Bangdung Bondowoso.
Permintaannya adalah dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam. Percaya diri, Bandung Bondowoso pun menyanggupi syarat itu. Dengan bantuan dari pasukan gaibnya, pembangunan candi-candi tersebut berjalan dengan lancar. Roro Jonggrang yang panik kemudian meminta seluruh abdi dalem istana untuk mengumpulkan seluruh jerami dan ayam yang ada di istana.
Jerami tersebut lalu Roro Jonggrang bakar sehingga apinya terlihat seperti matahari pagi terbit yang kemudian membuat ayam-ayam berkokok.
Melihat matahari telah muncul dan mendengar suara kokokan ayam, pasukan gaib Bandung Bondowoso pun kabur karena takut dengan sinar matahari. Menyisakan satu candi yang belum selesai dibangun. Curiga, Bandung Bondowoso pun menyelidiki arah datangnya cahaya matahari tersebut.
Setelah tahu bahwa Roro Jonggrang mengelabuinya, dia mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu dan menempatkannya dalam candi ke-1000.
2. Ratu Suhita (Ayu Kencana Wungu).
Bhre Daha alias dewi Suhita, atau Prabu stri Suhita, atau Su king Ta yang bergelar ratu ayu kencana wungu adalah ratu wanita Majapahit VI memerintah mulai tahun 1427-1447. Bersama suaminya bernama Ratnapangkaja bergelar Bhra hyang Parameswara. Riwayat hidup Prabu Sri Suhita tidak banyak tercatat dalam catatan sejarah. Pararaton pun tidak menyebut secara jelas nama ibu Suhita dan silsilah Suhita muncul sebelum pemberitaan perang paregreg.
Kisah kehidupan Prabu sri Suhita atau ratu Ayu kencana wungu sesungguhnya menarik. Diceritakan Bhre Daha berasal keturunan Raden wijaya yakni Rajadewi putri bungsu Raden Wijaya. Kitab Nagarakertagama mencatat Bhre Wirabhumi dinikahkan dengan Nagarawardhani cucu Rajadewi. Kemudian dari pernikahan tersebut lahir seorang putri yang kelak menjabat sebagai Bhre Daha.
Diangkat Menjadi Ratu Diusia Belia.
Pasca meninggalnya Rajadewi, selanjutnya Bhre Daha diboyong oleh Wirabhumi sebagai selir setelah kekalahan wirabhumi tahun 1406. Kemudian dari perkawinan itu lahir Suhita sebagai Bhre Daha setelah ibunya meninggal 1426. Bhre Daha mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit usianya saat itu sekitar 20 tahun.
Meski ratu Ayu kencana wungu berusia muda belia, namun Ia terkenal ratu yang bijaksana dan pemberani. Terlihat pasca menjadi raja Majapahit masih memiliki balas dendam terhadap kematian Bhre Wirabhumi. Maka pada tahun 1433 Suhita membalas kematian Wirabhumi dengan menghukum mati Raden Gajah atau Bhra Narapati. Yang pada saat itu menjabat sebagai ratu Angabhaya istana barat.
Wilayah kekuasaan Majapahit makin luas pada masa pemerintahan Ratu ayu. Tentu Setelah beberapa wilayah ditanah jawa ditaklukan, salah satunya kerajaan Blambangan yang dipimpin oleh adipati terkenal sakti mandraguna. Konon ia dikenal memiliki tanduk seperti kerbau. Kisah perjalanan hidup Ratu Kencana Wungu yang menarik, saat menaklukkan kerajaan Blambangan. Kala itu Ratu Kencana Wungu mengangkat adipati bernama Minak jinggo. Akan tetapi Minak Jinggo malah jatuh cinta pada Ratu, bahkan datang ke Majapahit untuk melamarnya.
Sayangnya Ratu menolak lamaran tersebut. Hal itu membuat Minak Jinggo murka dan berniat akan menghancurkan Majapahit. Tidak lama kemudian Ratu menggelar sayembara yang berisi siapa yang dapat membunuh Minak Jinggo akan menjadi suaminya. Sayembara tersebut diikuti ratusan prajurit salah satunya Damarwulan, seorang abdi Patih Lohgenser.
Duel Damarwulan dan Minak Jinggo.
Kemudian Damarwulan menantang Minak jinggo. Terjadilah pertempuran yang seru ketika Damarwulan berhasil memenggal kepala Minak Jinggo. Namun anehnya kepala Minakjinggo menyatu kembali, berulang-ulang. Minak Jinggo hidup kembali dan Minak jinggo tidak dapat dibunuh.
Semenjak itu Damarwulan mengajak ratu Ayu melarikan diri untuk menghindari kejaran minak jinggo tiba suatu desa ,namun entah kenapa tempat itu gelap gulita hingga desa itu diberi nama desa Pituruh. Suatu hari pertempuran antara Minakjinggo Damarwulan terjadi kembali,tetapi damarmulan kalah dan terluka akibat terkena senjata sakti milik Minak Jinggo hingga akhirnya Damarwulan masuk penjara.
Dalam penjara tersebut Ia diobati oleh kedua isteri Minak jinggo,namun justru kedua jatuh cinta pada Damarwulan selanjutnya isteri Minak Jinggo bercerita kesaktian Minak Jinggo terletak pada senjata. Atas bantuan Dewi Suhita senjata sakti itu dapat membunuh Minak Jinggo dengan memenggal kepalanya dan sayangnya kepala minak Jinggo hendak direbut layang seto-kumitir untuk memenangkan Sayembara,namun diragukan oleh sang ratu.
Tidak lama kemudian diadu tanding antara Damarwulan-layang seto dan kumitir yang dimenangkan oleh Damarwulan sehingga Damarwulan berhak menikah dengan ratu Ayu Kencana wungu. Semenjak itu Damarwulan menikah dengan Ratu Kencana Wungu, kemudian Damarwulan mengangkat dirinya menjadi raja Majapahit bergelar prabu Bhrawijaya VI atau Prabu Mertawijaya.
Pernikahan Ratu Kencana Wungu & Damarwulan.
Pernikahan Damarwulan dengan ratu Kencana wungu dikarunia seorang putra bernama angkawijaya atau terkenal dengan nama Brawijaya, yang kelak penerus sekaligus raja terakhir kerajaan Majapahit. Walaupun Damarwulan telah menikah dengan Ratu Ayu Kencanawungu. menurut catatan sejarah, Ratu Kencanawungu tetap mengijinkan menjalin hubungan dengan Anjasmara atau isteri Minakjinggo sehingga Damarwulan dalam perkembangan memiliki 4 isteri yakni: Anjasmara isteri 1 kemudian 2 isteri Minakjinggo sebagai isteri 2 dan 3 serta Ratu Ayu kencanawungu sebagai isteri ke 4.
Damarwulan dalam menjalankan pemerintahan Majapahit bergelar Prabu Mertawijaya memiliki 4 isteri tetap hidup rukun saling menghargai Perang antara Ratu Kencana melawan minak jinggo melegenda dalam masyarakat jawa dan Menariknya kisah perang maut Ratu Kencana melawan Minak Jinggo diceritakan kembali dalam serat kanda, serat Damarwulan dan serat Blambangan.
Ratu Kencana Wungu meninggal dunia diduga kuat akibat terlibat perang dengan raja Cina kemudian Ratu Kencana wungu dimakamkan di daerah Kaliwungu membuat daerah ini namakan desa Kaliwungu.
3. Ni Nyoman Layon Sari.
Jayaprana, abdi dari Raja Kalianget jatuh cinta pada Ni Nyoman Layon Sari, gadis asal desa tetangga yang terkenal akan kecantikannya. Perasaan cintanya disambut oleh Ni Nyoman Layon Sari dan keduanya lantas memutuskan untuk menikah. Sayangnya, kebahagiaan pasangan ini enggak bertahan lama. Raja Kalianget yang ternyata juga menyukai Ni Nyoman Layon Sari menyusun strategi untuk membunuh Jayaprana.
Raja mengutus Jayaprana untuk menyelidiki kabar kedatangan bajak laut di Celuk Terima. Sesampainya di Celuk Terima, utusan Raja Kalianget yang lain lalu membunuh Jayaprana dengan cara menancapkan keris ke tubuhnya. Setelah mendengar kabar kematian Jayaprana, Ni Nyoman Layon Sari lebih memilih untuk bunuh diri. Dia tidak mau harus menuruti permintaan Raja yang ingin mempersuntingnya.
4. Raden Baron Kusuma dan Dewi Anjarwati.
Raden Baron Kusuma adalah seorang ksatria yang berasal dari Gunung Anjasmara. Suatu hari dia bertemu dengan gadis cantik asal Gunung Kawi, Dewi Anjarwati. Singkat cerita, keduanya jatuh cinta dan akhirnya menikah.
Setelah menikah Raden Baron Kusuma meminta izin untuk membawa istrinya ke Gunung Anjasmara untuk dikenalkan pada orang tuanya. Orang tua Dewi Anjarwati melarang karena usia pernikahan mereka belum genap 36 hari. Menurut kepercayaan Jawa, pasangan pengantin yang belum berusia 36 hari pantang bepergian jauh karena bisa tertimpa musibah. Tapi karena Raden Baron Kusuma tetap bersikukuh melakukan perjalanan itu, orangtua Dewi Anjarwati pun memberikan izin.
Di tengah perjalanan, Dewi Anjarwati yang merasa kelelahan, meminta Raden Baron Kusuma untuk mencarikannya air minum. Setelah menemukan sumber air minum di sebuah air terjun atau “coban”, Raden Baron Kusuma pun kembali ke tempat Dewi Anjarwati. Mereka kemudian beristirahat bersama para pengawal. Sesampainya di sana, Raden Baron Kusuma melihat istrinya sedang diganggu oleh seorang lelaki. Lelaki bernama Joko Lelono itu terang-terangan mengatakan bahwa dia tertarik dengan Dewi Anjarwati.
Kesal dengan pernyataan itu, Raden Baron Kusuma menantang Joko Lelono untuk berduel. Kemudian ia meminta Dewi Anjarwati untuk menunggu di bawah air terjun untuk bersembunyi. Setelah sekian lama sang suami enggak muncul, Dewi Anjarwati mendatangi tempat berduel tersebut dan menemukan bahwa Raden Baron Kusuma terbunuh.
Semenjak itu, Dewi Anjarwati diliputi kesedihan yang amat mendalam dan memutuskan untuk menjadi Rondo (Janda) seumur hidupnya. Makanya saat ini, air terjun yang terletak di Batu, Malang, Jawa Timur itu dikenal dengan sebutan Air Terjun Coban Rondo.