Terakurat.com – Fakta Gunung Kawi – Gunung Kawi merupakan sebuah daerah yang sering dikenal karena kemistisannya dan hal-hal yang berkaitan dengan pesugihan. Area ini terletak di sebelah barat tepatnya 53 km dari kota malang.
Di Gunung Kawi juga terdapat makam tokoh penting seperti Eyang Djoego yang ziarahnya terkenal hingga ke mancanegara.
Tidak hanya itu saja, ternyata banyak juga orang-orang yang sengaja datang untung ngalap berkah di area Gunung Kawi ini. Mereka datang untuk meminta pesugian, berdoa, dan berziarah, sehingga hal ini membuat daerah Gunung Kawi menjadi ramai.
Fakta-fakta Gunung Kawi
Mitos Pohon Dewandaru
Salah satu tumbuhan yang cukup langka keberadaannya adalah Pohon Dewandaru atau sering biasa disebut Cerme Londo. Tumbuhan yang satu ini memanglah tidak di kembang biakan, mengingan mitos yang culup seram mengiringinya.
Dewandaru adakah pohon yang umurnya panjang sehingga tidak bisa dijelaskan kapan Pohon Dewandaru yang berada di Gunung Kawi tersebut ada, Konon katanya pohon ini ditanam oleh Eyang Soedjono pada tahun 1871.
Keberadaan pohon ini melambangkan kedamaian dan keamanan daerah Gunung Kawu.
Para peziarah sering datang kesini sering menunggu ranting, buah ataupun daunnya yang jatuh. Menurut info yang beredar apabila disimpan, dapat menambah kekayaan.
Tempat Pesugihan
Ritual pesugihan di gunung kawi itu ada, itu bukan hanya terdengar dari cerita saja, tetapi kenyataan dari lapangan benar adanya.
Pesugihan gunung kawi telah banyak mengundang rasa penasaran masyarakat, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan ekonomi maupun mereka yang ingin terlepas dari belenggu kemiskinan.
Konglomerat Tersohor Gunung Kawi
Dari cerita yang beredar bahwa melakukan pemujaan di gunung kawi diyakini dapat membuat dirikita menjadi dimudahkan dalam mendapatkan reseki.
Benar atau tidaknya, yang jelas ketika kita mencari berita tentang gunung kawi di kolom pencarian google maka yang akan muncul di pencarian google adalah konglomerat negri ini seperti Ong Hok Liong dan Sudono Salim juga di isukan pernah melakukan pemujaan di gunung kawi ketika usaha mereka mengalami pailit dimasa jatuh bangunnya dulu.
Persembahan Tumbal di Gunung Kawi
Kerap kali dikisahkan adanya tumbal dibalik ritual Gunung Kawi. Ada yang menyangkal tetapi lebih banyak yang membenarkannya bahwa tumbalnya berupa nyawa manusia.
Dikisahkan bahwa sang juru kunci Gunung Kawi ini lah yang akan membimbing ritual pesugihan ini. Setelah mandi suci, lalu si pelaku melakukan sumpah untuk memberikan nyawa baru.
Setelah melewati satu tahun konon katanya pemilik pesugihan akan mulai mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas perekonomian dalam kehidupannya.
Seseorang yang ditunjuk untuk menjadi tumbal pesugihan tersebut biasanya mati tanpa diduga-duga dan secara tiba-tiba. Selain itu, tiap kali diberikannya tumbal, kekayaan pemilik tumbal biasanya akan meningkat secara drastis.
Guci Kuno
Terdapat dua buah guci kuno yang merupakan peninggalan milik Eyang Jugo. Pada zaman dahulu guci ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan air suci yang berfungsi untuk pengobatan.
Masyarakat memberikan nama guci tersebut “Janjam”, letak guci kuno ini berada di sebelah kuru makam dimana banyang orang percaya bahwa jika mengkonsumsi air dari guci tersebut manfaatnya bisa menjadi lebih awet muda.
Petilasan Prabu Sri Kameswara
Di petilasan Gunung Kawi ini terdapat sebuah Keraton. Keraton ini terletak di ketinggian 700 meter, untuk pergi kesana membutuhkan waktu setengah jam dari makam Eyang Sujo dan Eyang Jugo, terdapat sebuah keraton yang dijadikan tempat pertapaan milik Prabu Kameshwara.
Prabu Kameswara adalah seorang pangeran dari Kerajaan Kediri yang beragama Hindu. Dahulu kala dikabarkan bahwa setelah sang prabu selesai bertapa di keraton tersebut, beliau berhasi menyelesaikan kekacauan politik yang berada di kerjaaan Kediri.
Kini, petilasan tersebutlah yang digunakan sebagai tempat pemujaan dan praktik pesugihan.
Jum’at Legi dan 12 Suro
Banyak sekali aktifitas yang dilakukan saat Jum’at legi, karena hari itu dikenal sebagai hari dimakamkannya Eyang Jugo. Sedangkan tanggal 12 bulan suro adalah hari memperingati wafatnya Eyang Sujo.
Menurut cerita yang berdar bahwa ketika melakukan ritual di dalam bangunan makam ini, tidak diperbolehkan memiliki fikiran yang negatif dan disarankan sebelum memulai ritual wajib membersihkan badan dengan mandi keramas terlebih dahulu.
Baca juga : Pemakaman Angker Di Berbagai Negara!