Film Horor Hollywood ini Tayang, Seolah Rayakan Halloween 2020 !
Perayaan Hallloween kerap di rayakan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Biasanya sering diadakan di kawasan perkotaan yang ramai diadakan oleh para kaum muda misalnya saja di jakarta, perayaan berupa pesta kostum, lomba dan games-games yang dibuat untuk menambah keseruan acara.
Bahkan beberapa kelompok ada yang merayakannya dengan menonton film horor bersama dengan menggunakan kostum hantu. Alih-alih takut mereka justru melakukannya untuk dibuat lucu-lucuan dan tak jarang mengapload foto mereka ke media sosial yang mereka miliki.
Cukup seru bukan? Namun dibalik semua tentu memiliki arti dan sejarah. Apa sebenarnya pesta Halloween? Dan mengapa selalu diadakan setiap tanggal 31 Oktober?
Melansir dari wikipedia, kata Halloween pertama kali digunakan pada abad ke-16. Kata ini merupakan varian dari kata Skotlandia yaitu All Hallows ‘Even (‘Evening ‘) atau ‘Malam Yang Sepenuhnya Suci/Keramat.
Konon, Halloween itu diinspirasi dari acara festival panen di Eropa Barat dan festival orang mati dari tradisi kaum pagan, terutama kaum Samhain Celtic. Sejarawan Nicholas Rogers, yang meneliti asal-usul Halloween ini mencatat bahwa, Halloween berasal dari pesta Romawi untuk menghormati dewi Pomona, dewi buah-buahan dan biji-bijian. Perayaan ini sering dikaitkan dengan festival “Samhain” dari bangsa Celtic. Kata Samhain berasal dari bahasa Irlandia Lama yang berarti “akhir musim panas”, yang menandai berakhirnya musim panen dan awal musim dingin.
Di Irlandia, orang-orang pergi sebelum malam tiba untuk mengumpulkan makanan untuk pesta Samhain dan kadang-kadang mengenakan kostum saat melakukannya. Halloween juga diduga dipengaruhi hari-hari suci umat Kristen dari All Saints ‘Day yang dirayakan setiap tanggal 1 November. Ini merupakan hari perayaan untuk menghormati orang-orang kudus dan hari untuk berdoa bagi yang baru meninggal. Hari All Saints diperkenalkan tahun 609, namun pada awalnya dirayakan pada tangga 13 Mei. Pada 835, harinya beralih ke tanggal 1 November atas perintah Paus Gregorius IV.
Pada zaman dahulu, Gereja Kristian merayakan peringatan hari ”All-Saints” atau ”All-Hallows” pada siang hari 31 Oktober, dan pada malamnya mereka merayakan ”Hallows-Eve” (Malam Suci/Keramat) atau ”Halloween”. Umat Kristen mengadopsi beberapa warisan pagan dengan tetap meyakini bahwa pada malam tersebut, orang-orang mati akan berjalan diantara mereka dan para penyihir terbang berseliweran di tengah-tengah mereka. Hiiiyyyy….
“Trick or Treat!” Diucapkan Sebagai Ancaman !
Secara perlahan-lahan, Halloween pun berubah menjadi bagian peribadatan dan kebiasaan yang dilakukan keluarga. Di Amerika, biasanya perayaan ini dirayakan anak-anak dengan memakai kostum seram, dan berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga meminta permen atau cokelat sambil berkata “Trick or treat!” Ucapan tersebut adalah semacam “ancaman” yang berarti “Beri kami (permen) atau kami jahili.” namun di zaman sekarang, anak-anak biasanya tidak lagi menjahili rumah orang yang tidak memberi apa-apa. Sebagian anak-anak masih menjahili rumah orang yang pelit dengan cara menghiasi pohon di depan rumah mereka dengan tisu toilet atau menulisi jendela dengan sabun (Bandel banget ya guys!). Halloween pun akhirnya identik dengan setan, penyihir, hantu goblin dan makhluk-makhluk menyeramkano yang berasal dari kebudayaan Barat. Halloween disambut dengan menghias rumah dan pusat perbelanjaan dengan simbol-simbol Halloween. Tradisi ini berasal dari Irlandia, dan dibawa oleh orang Irlandia yangdatang beremigrasi ke Amerika Utara.
Jadi perayaan hari Halloween sebenarnya adalah perpaduan perayaan kaum pagan dan Kristen, yang dipenuhi dengan ritual penyembahan kepada roh dan setan.
Misbehavior
Misbehaviour diangkat dari kisah nyata kegaduhan acara kontes kecantikan Miss World pada 1970. Suasana ajang Ratu Dunia kala itu berubah mencekam saat sejumlah aktivis perempuan memprotes. Para aktivitis menyamar sebagai penonton lalu melancarkan aksi mereka. Misbehaviour menjanjikan lantaran diperkuat sejumlah bintang papan atas seperti Keira Knightley dan Greg Kinnear. Karya sineas Philippa Lowthorpe ini dieksekusi berdasarkan naskah buatan Rebecca Frayn dan Gaby Chiappe.
Alone.
Karya John Hyams ini terasa mencekam bahkan dari sejak membaca sinopsisnya, yakni janda yang melancong ke suatu tempat lalu diculik pembunuh berdarah dingin. Pelarian demi menyelamatkan diri pun dimulai. Alone diperkuat sejumlah bintang segar di antaranya, Jules Willcox, Marc Menchaca, dan Anthony Heald. Naskahnya ditangani Mattias Olsson yang kita kenal lewat film Gone dan Iris.
2067
Bagi Anda yang tidak doyan genre horor, thriller, dan sejenisnya, 2067 bisa jadi solusi alternatif untuk melepas kerinduan pada sinema. Film fiksi ilmiah berlatar kondisi Bumi yang hancur akibat perubahan iklim ini disutradarai Seth Larney. Mengisahkan Ethan (Kodi Smit-McPhee), pekerja terowongan bawah tanah yang masuk ke dunia baru menakutkan. Di sisi lain, orang-orang di era itu hidup dengan oksigen buatan plus setumpuk masalah pelik.
The Curse of Audrey Earnshaw.
Belakangan kata wabah terdengar sensitif mengingat umat manusia tengah melawan pandemi Covid-19. The Curse of Audrey Earnshaw mengusung tema wabah yang melanda sebuah daerah yang memantik prasangka buruk terhadap para pendatang. Karya Thomas Robert Lee ini menampilkan akting Hannah Emily Anderson, Catherine Walker, dan Jared Abrahamson. The Curse of Audrey Earnshaw nomine Film Terbaik di Festival Film Fantasia di Montreal, tahun ini.
Bunuel In The Labirynth of The Turtles.
Jangan sepelekan karya Salvador Simó ini. Naskahnya ditulis Salvador Simó bersama Eligio R. Montero didasari novel grafis Buñuel en el laberinto de las tortugas buatan Fermín Solís. Film ini mengisahkan sineas Luis Buñuel kala membuat film Land tahun 1933. Agustus 2019, film ini bersaing dengan dua lainnya untuk mewakili Spanyol di ajang Academy Award ke-92 kategori Film Fitur Internasional Terbaik. Sayang, ia kalah oleh Pain and Glory.
Friendsgiving.
Film ini tampak cocok buat Anda yang kangen sahabat lantaran pandemi memaksa kita di rumah saja. Friendsgiving yang ditulis dan disutradarai oleh Nicol Paone ini menampilkan kisah Molly (Malin Akerman) dan Abbey (Kat Dannings). Keduanya bersama teman dan kenalan menggelar makan malam untuk merayakan Hari Thanksgiving. Sialnya, momen ini tak berjalan sesuai rencana. Diwarnai sejumlah kelucuan hingga kekacauan, malah.