Karya anak bangsa di dunia perfilman ternyata tidak melulu soal cinta, terbukti film-film yang bertema rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia juga sukses menyedot perhatian publik. Sederet penghargaan pun datang dari berbagai sisi, mulai dari segi konten, produksi, kualitas film, pemain dan tema pada film berhasil mendapat respons positif.
Berikut ini beberapa Film Indonesia yang bertemakan Nasionalisme:
Garuda di Dadaku.
Garuda di Dadaku menjadi tontonan yang pas dengan tema cinta tanah air. Film arahan sutradara Ifa Isfansyah ini menampilkan nilai nasionalisme para pemain, khususnya Bayu yang diperankan oleh Emir Mahira. Bayu adalah seorang anak berusia 11 tahun yang punya tekad kuat untuk menjadi seorang pemain sepak bola profesional dan bermain untuk membela negaranya di kancah internasional. Film yang dirilis pada tahun 2009 melibatkan pemain lain yakni Aldo Tansani, Marsha Aruan, Ikranegara, Ari Sihasale, Maudy Koesnaedi, dan lain sebagainya.
Bendera
Budi (Hafidz Khoir) dan Rosi (Nuansa Jawadwipa) mendapat tugas dari guru kelas mereka untuk menaikkan bendera pada upacara bendera pada hari Senin. Menjelang pulang, ibu guru memberikan bendera pada Budi untuk dicuci terlebih dahulu sebelum dikibarkan. Di rumah, Budi merendam bendera itu untuk esok harinya akan dicuci. Namun karena lalai, bendera itu akhirnya hilang. Rosi dan Budi pun pergi berpetualang untuk mencari bendera tersebut.
Tanah Air Beta
Tanah Air Beta merupakan film garapan rumah produksi Alenia, milik pasangan selebriti Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen, Film ini mengangkat kehidupan keluarga yang terpisah akibat terlepasnya Timor Timur dari Indonesia pada tahun 1998 silam. Nilai nasionalisme di film ini benar-benar kuat ketika sang tokoh utama Tatiana (diperankan Alexandra Gottardo), memilih untuk mengungsi ke Kupang, NTT bersama anak perempuannya, Merry (Griffit Patricia), karena tetap ingin menjadi bagian dari Republik Indonesia. Keputusannya tersebut harus dibayar mahal karena terpaksa berpisah dari anak laki-lakinya yang masih berada di Timor Timur.
Tanah Surga Katanya
Film yang dibintangi Aji Santoso dan Fuad Idris ini berkisah tentang sukarelawan konflik Indonesia-Malaysia 1965, yang harus rela berjuang bersama anak dan cucunya setelah istrinya meninggal di perbatasan Indonesia-Malaysia. Para menghuni kawasan perbatasan tersebut menghadapi dilema dimana mereka hidup dalam kesetiaan dan loyalitas pada Indonesia dengan segala keterbelakangan teknologi serta pembangunan, atau ikut berpindah ke negara tetangga yang menawarkan hidup yang lebih layak.
Trilogi Merdeka
Film trilogi ini terdiri dari film Merah Putih, Merah Putih 2: Darah Garuda dan Hati Merdeka. Film ini berkisah tentang perjuangan melawan tentara Belanda di tahun 1947. Amir (Lukman Sardi), Tomas (Donny Alamsyah), Dayan (Teuku Rifnu), Soerono (Zumi Zola), dan Marius (Darius Sinathrya) adalah lima kadet yang mengikuti latihan militer di sebuah Barak Bantir di Kota Semarang Jawa Tengah. Mereka masing-masing memiliki latar belakang, suku, dan agama yang berbeda.
Suatu ketika, tempat mereka berlatih diserang oleh tentara Belanda. Mereka yang berhasil lolos, akhirnya bergabung dengan pasukan gerilya di pedalaman Jawa. Disana, mereka berhasil menemukan strategi untuk mengalahkan banyak pasukan Belanda.
Batas.
Film yang naskahnya ditulis oleh Slamet Rahardjo ini menceritakan tentang perempuan bernama Jaleswari yang diperankan Marcella Zalianty. Ia ditugaskan ke Pontianak untuk menyukseskan program CSR perusahaan. Di sana ia menemukan kenyataan bahwa ada oknum-oknum yang punya kekuasaan dan rencana untuk membuat pembodohan terhadap bangsa dan doktrin-doktrin bahwa negara tetangga adalah surga.
Minggu Pagi di Victoria Park.
Film ini mengangkat kisah tentang nasib tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di Hong Kong. Judulnya diambil dari tradisi para TKW Indonesia yang memang sering berkumpul di Victoria Park, berbagi cerita mengenai kehidupannya masing-masing. Tidak banyak atau bahkan mungkin baru kali ini ada film yang mengangkat kehidupan para TKW Indonesia, yang pada kenyataannya sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dari negaranya sendiri.
Menyaksikan film ini dapat membuat kita merenungkan banyak hal, termasuk fakta bahwa para TKW tersebut berada dalam kondisi yang tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjalankan hidup mereka di negara orang, dan bagaimana mereka menjadi salah satu sumber devisa negara kita.
3 Srikandi.
Film garapan Iman Brotoseno ini terinspirasi dari kisah tiga atlet panahan Indonesia yang berhasil mendapatkan medali perak pada Olimpiade Seoul 1988. Ini merupakan medali Olimpiade pertama untuk Indonesia. Kisah 3 Srikandi ini cocok kamu tonton di Hari Kemerdekaan Indonesia. Film ini diperankan oleh Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan, Tara Basro dan Reza Rahadian.
5 cm
Film ini menceritakan tentang kisah perjalanan lima sahabat ke puncak Mahameru, untuk mengibarkan bendera Merah Putih tepat di hari perayaan kemerdekaan. Meski didominasi oleh kisah cinta dan persahabatan, namun perjalanan yang penuh tantangan itu diselingi dengan gambar keindahan alam Indonesia yang berulang kali tersaji. Film ini bisa menggugah kembali rasa cinta dan kebanggaan kita pada Indonesia dan alamnya yang indah. Selain dalam bentuk film, kamu juga bisa baca novelnya yang masuk ke dalam deretan buku best seller!
Gie
Film ini disutradarai oleh salah satu sutradara bertangan dingin Indonesia, Riri Riza. Diangkat dari kisah hidup seorang aktivis muda bernama Seo Hok Gie. Gie adalah mahasiswa keturunan Tionghoa dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia dikenal sebagai pria yang memiliki pendirian teguh, sangat idealis dan sangat memegang prinsip. Sosok GIE diperankan oleh aktor tampan Nicholas Saputra.
Denias, Senandung di Atas Awan.
Film ini diangkat dari kisah nyata kehidupan seorang anak Papua. Film ini disutradarai oleh John de Rantau yang diproduksi pada tahun 2006. Menceritakan Denias, anak suku pedalaman Papua yang ingin mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam film ini kamu akan disuguhkan dengan pemandangan Papua yang indah dan jarang sekali terekspos oleh media.
King.
Mengisahkan perjuangan Guntur (Rangga Raditya), seorang anak yang mengidolakan Liem Swie King, juara dunia bulu tangkis. Ia berjuang dan berlatih keras demi mendapatkan beasiswa bulutangkis dan mengejar cita-citanya menjadi juara dunia. Mengharumkan nama Indonesia seperti Liem Swie King.
Habibie–Ainun.
Banyak yang bisa kita teladani dari sosok bapak Habibie. ilm ini dikenal dengan kisah romansa antara Habibie dan Ainun. Dalam film ini juga digambarkan sosok Habibie yang tegas dalam mengutamakan kepentingan negara. Menolak suap, sampai memilih kembali pulang ke Indonesia meski sudah mapan di negeri orang. Kerja keras sampai larut tanpa mengeluh juga pernah dilakukan Habibie demi kemajuan negara.