Garin Nugroho Riyanto atau lebih dikenal dengan Garin Nugroho merupakan salah satu produser dan sutradara Indonesia yang populer. Namanya mulai dikenal luas setelah film berjudul Cinta dalam Sepotong Roti (1990). Lalu, film keduanya, Surat Untuk Bidadari (1992) juga berhasil membawa namanya ke panggung film internasional.
Garin Nugroho juga peduli dengan masalah lingkungan hidup. Hal tersebut tercermin melalui filmnya yang bertema lingkungan, yaitu Under The Tree. Ia juga mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang diberi nama SET di tahun 1987. LSM ini bertujuan untuk membuat ‘bahasa’ baru, menciptakan semangat penciptaan dan membuat komunitas. Dari LSM tersebut lahirlah sutradara muda, seperti Riri Riza. Garin Nugroho menempuh pendidikan film di Fakultas Sinematografi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan menyelesaikannya di tahun 1985.
Selain berkecimpung film, ia juga mengambil pendidikan hukum di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (selesai 1991). Dalam dunia film, kariernya dimulai sebagai kritikus film dan pembuat film dokumenter. Ia sudah menyelesaikan sekitar dua puluh film (dokumenter, film pendek dan film panjang).
Saat perayaan 250 tahun Mozart, Garin Nugroho terpilih sebagai salah satu dari enam sutradara inovatif dunia untuk membuat film yang kemudian tercipta Opera Jawa. Dalam bidang musik, ia juga membuat video klip January Christy, Titi DJ, Krakatau (band), Paquita Widjaya, Katon Bagaskara, Edo Kondologit dan Gong 2000. Salah satu karya video klip yang dibuatnya, yaitu lagu Negeri di Atas Awan yang dinyanyikan oleh Katon Bagaskara, dan berhasil mendapat Trofi Visia pada final Video Musik Indonesia Periode II 1994-1995.
Film Yang Dibuat Oleh Garin Nugroho.
- Gerbong Satu, Dua (1984).
- Cinta dalam Sepotong Roti (1990).
- Air & Romi (1991).
- Surat untuk Bidadari (1992).
- Bulan Tertusuk Ilalang (1994).
- Daun di Atas Bantal (1997).
- Dongeng Kancil untuk Kemerdekaan (1999).
- Puisi Tak Terkuburkan (1999).
- Layar Hidup: Tanjung Priok/Jakarta (2001).
- Rembulan di Ujung Dahan (2002) (TV Movie).
- Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002).
- Rindu Kami Padamu (2004).
- Serambi (2005).
- Opera Jawa (2006).
- Under The Tree (2008).
- Teak Leaves and The Temple (2008).
- Generasi Biru (2009).
- Mata Tertutup (2012).
- Soegija (2012).
- Isyarat (2013).
- Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2014).
- Aach… Aku Jatuh Cinta! (2015).
- Kucumbu Tubuh Indahku (2019).
Prestasi Yang Diraih Oleh Garin Nugroho.
- 1991: Menjadi unggulan dalam Festival Film Indonesia kategori Sutradara Terbaik lewat film Cinta dalam Sepotong Roti.
- 1992 Pemenang di Festival Film Asia Pasifik kategori Sutradara Pendatang Baru pada film Cinta dalam Sepotong Roti. dan nggulan di Festival Film Indonesia dalam kategori Cerita Asli Terbaik di film Cinta dalam Sepotong Roti.
- 1996: FIPRESCI dari Festival Film Internasional Berlin dalam film Bulan Tertusuk Ilalang.
- 1997: Menang di Festival Tiga Benua, Nantes, Prancis. Dalam kategori Sutradara Terbaik lewat film Bulan Tertusuk Ilalang.
- 1998 Unggulan di Festival Film Asia Pasifik kategori Skenario pada film Daun di Atas Bantal. Penghargaan Khusus Juri di Festival Film Internasional Tokyo untuk film Daun di Atas Bantal.
- 1999 Unggulan di Festival Film Bandung kategori Sutradara pada film Daun di Atas Bantal. Dan menjadi pemenang di Festival Film Bandung kategori Penghargaan Khusus pada film Daun di Atas Bantal.
- 2000: Silver Leopard Video dalam Festival Film Internasional Locarno untuk Puisi Tak Terkuburkan.
- 2006: Menang di Festival Film Indonesia dalam kategori Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik lewat film Opera Jawa.
- 2007: Film Terbaik Asia di Osian’s Cinefan Festival ke-7 lewat Rindu Kami Padamu.
- 2008: Unggulan di Festival Film Indonesia dalam kategori Penyutradaraan Terbaik lewat film Under The Tree.
- 2012: Unggulan di Festival Film Indonesia 2012. Dalam kategori Penyutradaraan Terbaik.
- Film Kucumbu Tubuh Indahku (Memories of My Body), karya Garin Nugroho juga dipilih untuk mewakili Indonesia dalam ajang Academy Awards (Piala Oscar) tahun 2020 mendatang. Dalam kategori Best International Feature Film Award yang sebelumnya bernama Best Foreign Language Film.
Film ‘Ku Cumbu Tubuh Indahku’ Prestasi Diantara Kontroversi.
The Indonesian Academy Awards Selection Committee yang diketuai oleh Christine Hakim telah menyeleksi 3 (tiga) film yang diajukan mewakili Indonesia, yaitu Kucumbu Tubuh Indahku (Garin Nugroho), Ave Maryam (Robby Ertanto), dan 27 Steps of May (Ravi Bharwani). Setelah melakukan seleksi, komite memilih Kucumbu Tubuh Indahku untuk mewakili Indonesia pada ajang tersebut.
Bagi Garin Nugroho, ini merupakan karya kedua yang pernah dipilih untuk mewakili Indonesia di Academy Awards, sebelumnya Daun Diatas Bantal (1998) juga pernah mewakili Indonesia dalam ajang yang sama. The Indonesian Academy Awards Selection Committee 2020 yang terdiri dari: Christine Hakim (Ketua), Sheila Timothy (Sekretaris), Firman Bintang, Reza Rahadian, Mathias Muchus, Lola Amalia, Alim Sudio, Roy Lolang, Benny Setiawan, Adisurya Abdy, Fauzan Zidni, Benny Benke, dan Thoersi Argeswara sebagai anggota.
Kucumbu Tubuh Indahku menceritakan tentang kisah perjalanan hidup seorang penari bernama Juno (Muhammad Khan) yang diadaptasi dari kisah nyata perjalanan hidup penari Rianto. Sejak kecil, Juno terpaksa harus hidup sendiri, karena ayahnya meninggalkannya akibat kekerasaan yang dialami. Di tengah kesendiriannya, Juno Kemudian bergabung dengan sanggar tari Lengger.
Trauma dialami Juno pertama kali saat ia melihat konflik guru tari lengger senior di desanya. Sejak saat itu, Juno harus hidup berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain. Seiring dengan perjalanannya tumbuh menjadi dewasa, Juno memdapatkan perhatian dan kasih sayang dari guru tarinya, bibi Juno adalah seorang penjual ayam, pamannya seorang penjahit, seorang petinju, dan Warok. Semua pengalaman yang dilaluinya membuat Juno mempunyai sebuah perjalanan yang membawanya menemukan keindahan hidup.
Prestasi Yang Diraih Oleh Film Ini.
Film Kucumbu Tubuh Indahku ini telah berhasil meraih beberapa penghargaan internasional seperti : Cultural Diversity Award under The Patronage of UNESCO pada Asia Pasific Screen Awards (Australia, 2018), dan Best Film pada Festival Des 3 Continents (Perancis, 2018).
Di tingkat nasional beberapa penghargaan yang telah diraih film ini yaitu Film Pilihan Tempo di Festival Film Tempo 2018 dan Sutradara pilihan Tempo Festival Film Tempo 2018.
Saat diputar di bioskop-bioskop Indonesia, film Kucumbu Tubuh Indahku sempat diberi petisi dan diboikot karena dianggap mengampanyekan LGBT sehingga membuat peredaran film dicekal di Kota Depok, Kubu Raya dan Pontianak.
Narina Saraswati dari Fourcolours Films, rumah produksi Kucumbu Tubuh Indahku menyebutkan dalam keterangan persnya, pemutaran film Kucumbu Tubuh Indahku di Balikpapan dan Semarang juga didatangi ormas yang mengatasnamakan ormas Islam.
Hal tersebut dilakukan bahkan tanpa menonton karya filmnya secara utuh. Padahal film tersebut diproduksi dan diedarkan sudah melalui prosedur hukum yang berlaku di Indonesia. Sangat ironis jika film yang mewakili dan mengharumkan nama Indonesia, bahkan mendapat penghargaan Cultural Diversity Award under The Patronage of UNESCO pada Asia Pasific Screen Awards di Australia tahun 2018.