Energi panas bumi atau yang disebut juga dengan istilah fisika bernama Geotermal dari Gunung Wayang memang sudah sejak lama digunakan, khususnya sebagai pemasok energi di Pulau Jawa dan Bali.
Selain dimanfaatkan untuk keperluan tersebut, ada satu lagi yang menarik dari Gunung Wayang yang patut untuk dipelajari, yaitu;
Pelajaran Berharga dari Gunung Wayang
Jika ingin meresapi ada pelajaran berharga yang diajarkan dari Gunung Wayang, yaitu tentang kearifan lokal. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa! Aturan dari nilai kearifan lokal ini memiliki aturan atau prinsip yang sederhana, yaitu, jika pasokan air yang meresap ke dalam bumi terjaga, maka panas bumi yang terkandung di gunung ini akan terjaga dan berusia panjang.
Sebaliknya, apabila pasokan air terus berkurang, maka bisa dipastikan umur panas bumi akan berkurang. Untuk mengantisipasi hal buruk ini terjadi, maka manusia harus mempertahankan luas hutan di areal tangkapan air hujan di kawasan ini agar pasokan air agar dapat tetap menjaga pasokan air ke panas bumi di Gunung Wayang.
Tahukah kamu jika sebelum energy panas dari Gunung Wayang ini dimanfaatkan sebagai pemasok energy ke Pulau Jawa hingga Bali, ternyata masyarakat sekitar telah dahulu mendapatkan penjelasan non ilmiah dari Sasakala untuk terus menjaga gunung ini. Sasakala merupakan asal usul suatu kejadian, baik tempat maupun perbuatan.
Berikut ini isi dari Sasakala Gunung Wayang yang ditulis oleh Nji Anah yang merupakan seorang juru mamaos Cianjuran;
Isi Sasakala Gunung Wayang yang Wajib Kamu Tahu
Sebelum menjelajah ke Gunung Wayang, kamu perlu tahu isi dari Sasakala agar liburanmu menyenangkan dan selamat.
Isinya kurang lebih seperti berikut ini ;
Pada zaman dahulu hiduplah seorang bernama Pangeran Jaga Lawang yang merupakan seorang keturunan Ratu. Ia dan seorang putrinya yang bernama Puteri Langka Ratnaningrum bertempat tinggal di Gunung Wayang. Putri Pangeran Jaka Lawang sangat cantik dan telah memiliki seorang calon pendamping hidup yang bernama Gagak Taruna, seorang pemuda keturunan Galuh.
Pemuda itu sedang menempa diri dengan hidup bertani di lembah Ci Tarum. Saat pagi, sang pemuda bertani, sedangkan malam dipergunakan waktunya untuk bersemedi.
Tempat Gagak Taruna bersemedi terletak di makam Nyi Kantri Manik. Nyi Kantri Manik adalah sesosok wanita cantik jelita yang sangat memikat, namun meninggal dalam keadaan masih menyimpan sakit hati karena sang pujaan hatinya telah ingkar janji untuk menikahinya.
Saat hari pernikahan Sang Gagak dan Sang Puteri semakin dekat, suatu malam saat pemuda tersebut sedang bersemedi, terlihatlah seorang gadis yang kecantikannya membuat Gagak Taruna terpesona dan tak bisa melupakannya.
Hari H pernikahan telah datang. Setelah Gagak Taruna selesai dirias, pemuda tersebut meminta izin untuk melakukan nadran ke hulu Ci Tarum, tempatnya biasa bersemedi.
Ia kemudian pergi ke sana dengan para pengawal. Namun sesampainya di tempat tersebut, calon pengantin pria menyuruh pengikutnya untuk lebih dulu ke puncak Gunung Wayang, tempat mempelai putri dan sang calon ayah telah menanti.
Gagak Taruna kaget dan segera berdiri tegak manakala setelah ia menebar kembang rampe, melati dan cempaka, ia melihat sosok Nyi Kantri Manik tersenyum sangat manis sehingga memikat hasrat sang calon pengantin. Saking terpesonanya, kemudian ia berjalan mendekati Nyi Kantri Manik berdiri dengan senyumnya yang menggoda dan terus berjalan di dalam air hingga akhirnya tenggelam.
Di Hulu Ci Tarum semua panik karena sang mempelai pria tak kunjung datang. Setelah disusul ke tempat Gagak Taruna memohon ijin Nadran, semua terkaget menyaksikan jasad sang calon pengantin pria telah mengambang di air. Hal ini tentu membuat Pangeran Jaga Lawang beserta Sang Putri sangat terpukul dan sedih.
Sang Pangeran mengobrak-abrik apa saja yang ditemukannya di dapur, termasuk hawu/tungku, perabot dapur dan makanan yang telah dimasak, hingga terbentuklah kawah Gunung Wayang.
Sedangkan Sang Putri membawa kesedihan hatinya dengan pergi membawa diri entah ke mana. Tangisannya sangat dalam hingga berdarah-darah, yang kemudian membentuk Air Terjun Cibeureum di Gunung Bedil.
Nayaga masih berharap Sang Pangeran datang masih terus menunggu hingga berubah menjadi arca. Sebagian alat tabuhnya dilempar hingga membentuk Gunung Kendang.
Itulah cerita sejarah atau Sasakala dari Gunung Wayang yang perlu diketahui, terutama bagi kamu yang berniat untuk menikmati panorama indah gunung ini.
Ternyata selain terkenal sebagai pemasok energy di Pulau Jawa dan Bali, Gunung Wayang juga memiliki cerita menarik baik mengenai Sasakalanya maupun tentang kearifan lokalnya. Bagaimana menurut kamu?
Baca Juga : Inilah Kampung Pelangi Semarang yang Inovatif dan Unik, Patut untuk Dikunjungi!