Melanjutkan dari film keduanya, John sudah diburu dan ia dihajar habis-habisan. Seperti tak ada ruang baginya untuk sekadar bernapas dan menikmati hujan di kota New York. Ia harus berpacu dengan waktu untuk menikmati sisa hidupnya.
Tujuannya satu, bertemu dengan “High Table” selalu punya kuasa dan tidak pernah salah. Ada banyak risiko yang harus ditempuh John Wick ( Keanu Reeves ). Mulai dari keinginannya untuk bertemu dan setelahnya. Banyak konsekuensi yang harus ia bayar dan perhitungkan.
Adegan laga apik yang tersaji hampir kurang lebih 2 jam 10 menit. Plot cerita yang tersusun rapi dari awal hingga akhir. John Wick: Chapter 3 – Parabellum adalah film action yang tak berhenti menampilkan ketegangan yang intens dari awal hingga akhir. Film luar biasa yang layak untuk dijadikan salah satu film action terbaik di tahun 2019.
Selain dari adegan laga yang nyaris sempurna. Merakit senjata dengan cepat, membuat keputusan menembak yang jitu dan hal-hal lainnya yang sudah biasa dilakukah John Wick.
Jika di dua filmnya sebelumnya, John Wick selalu memanfaatkan keahlian naturalnya sebagai pembunuh. Namun, di film John Wick: Chapter 3 – Parabellum ia tidak hanya sebagai “Baba Yaga”. John Wick terlihat jauh lebih cerdas di film ini.
Ia masih cool, namun punya sentuhan yang jauh lebih elegan dengan sisipan dark humor yang terpancar dari mimik wajahnya.
John Wick bukan satu-satunya penjahat berkelas yang tampil di film ketiga ini. Masih ada penampilan Winston (Ian McShane), Zero (Mark Dacascos) yang memanaskan suasana. Semuanya menyatu dalam ramuan cerita dan konflik-konflik yang berbeda dari dua film sebelumnya.
Gunakan Dialog Bahasa Indonesia, Yayan dan Cecep Berkilau !
Ada satu adegan yang tak disangka di bagian akhir film. Terlihat juga dua nama aktor Indonesia Cecep Arif Rahman dan Yayan Ruhian yang juga tampil berkelas. Film ini bahkan menggunakan dialog berbahasa Indonesia yang diucapkan oleh John Wick.
Sebagai sutradara, Chad Stahelski sudah berhasil memposisikan dirinya sebagai dan representasi John Wick sejak di film pertama. Pembunuh yang disegani, sahabat yang luar biasa sekaligus rival dan lawan yang menakutkan.
Di film kedua, alur sedikit menurun. Ada selipan drama yang menempatkan John Wick.
Di film ketiga, alur kembali dinaikkan. Tanpa basa-basi. Sejak pertama kali diputar, film ini sudah mengajak penonton untuk menghela nafasnya. Mungkin itu alur yang ingin dibangun oleh Chad Stahelski di tiga filmnya.
Khusus bagian John Wick: Chapter 3 – Parabellums, ia menyelipkan ketegangan tanpa henti dan tentu kejutan-kejutan yang tak terduga. Salah satu kekuatan dari film ini adalah bagaimana konfliknya. Jika kedua film sebelumnya berkonflik bunuh-bunuhan, maka kali ini konflik dibuat berlipat ganda. Melibatkan banyak karakter.
Nama-nama The Adjudicator, The Elder hingga Sofia (Halle Berry) membuat film ini terasa bercabang, namun tidak menyimpang dari cerita utamanya, yaitu bagaimana John Wick melarikan diri setelah diputuskan Excomunicado.