Kehidupan Petani – Mengupas Fakta & Kondisi Pertanian
Kondisi pertanian di Indonesia
Kehidupan petani di Indonesia saat masih di bilang susah, Indonesia yang di kenal di mata dunia sebagai Negara agraris atau Negara yang maju dalam sektor pertaniannya, Sumber daya alam di Indonesia sangatlah melimpah, Produksi Beras di Indonesia sangatlah tinggi,
Namun Apakah Indonesia sudah mandiri dengan pasokan Pangan dalam negerinya ?
Indonesia merupakan Negara produsen beras ketiga dunia setelah China dan India,
Indonesia memasok beras sebesar 8,5 % atau setara dengan 51 juta ton di dunia.
Apabila dilihat dari kondisi yang terjadi di lapangan. Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan penduduknya sendiri,
Indonesia masih mengimpor bahan makanan pokoknya termasuk beras dan hasil pertanian dari Negara lain. Mengapa hal demikian bisa terjadi ?
Dua faktor utama mengapa Indonesia mengimpor pangan dari luar negeri
Baca juga tentang Kasih Sayang Ibu
1. Meningkatnya Jumlah Penduduk Indonesia yang tidak terkendali
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali meskipun pemerintah sudah menyuluhkan program Keluarga Berencana.
Namun tetap saja kenaikan jumlah penduduk yang pesat membuat kebutuhan pangan terus meningkat,
Dan hal ini tidak berimbang dengan kehidupan petani di Indonesia, kebutuhan pertanian dalam negeri menjadi keteteran dalam memasok kebutuhan pangan.
2. Faktor Cuaca
Dalam kehidupan petani di Indonesia tentunya faktor cuaca sangat menentukan hasil panen, Cuaca kadang tidak menentu dengan terjadinya pergeseran musim hujan dan musim kemarau.
Menjadi hal yang sangat di pertimbangkan dalam kehidupan petani dalam negeri, karena mereka akan kesulitan menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanamnya.
Fakta Kehidupan Petani di Indonesia
Dalam kurun waktu terakhir sekitar tahun 2015 – 2017 Indonesia mengalami penurunan jumlah tenaga kerja pertanian dari 40,12 juta jiwa menjadi 39,68 juta jiwa. (Dilansir dari bergerak .org).
Hal ini disebabkan karena perkembangan dunia industry yang pesat menjadikan kehidupan petani semakin ditinggali, orang – orang lebih memilih bekerja di perkotaan atau menjadi buruh migran.
Fakta yang terjadi dalam kehidupan petani di Indonesia dalam era global ini telah menimbulkan banyak stigma yang berkembang di masyarakat mengenai kehidupan petani yang tertinggal,
Hal ini lah yang menyebabkan banyak orang yang akhirnya meninggalkan keluarga petani.
Namun apabila di nilai dari tingkat kesulitan pekerjaan bertani memiliki tingkat kesulitan yang tinggi,
Seorang petani dituntut untuk mengetahui banyak hal, mulai dari tanaman, penyakit tanaman, kondisi cuaca, pupuk tanaman, dan pengolahan tanah yang baik.
Oleh Karena itu kehidupan petani tidaklah tertinggal dan membutuhkan kepandaian yang mumpuni.
Anak muda tidak tertarik untuk bertani
Mengapa banyak Anak muda yang memilih untuk tidak bertani ?
Petani selalu di pandang oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang hanya membuat miskin seseorang.
Stigma ini sudah melekat dalam pandangan masyarakat di Indonesia.
Hal ini mengakibatkan anak petani lebih memilih bersekolah atau bekerja di kota besar dan menjadi buruh industri dan migran.
Dan sudah jelas bahwa dalam kehidupan petani mempunyai resiko yang besar, bahkan bisa membuat seseorang menjadi bangkrut apabila petani mengalami gagal panen,
Namun sebenaranya banyak cara yang bisa diterapkan dengan metode yang lebih modern dan dalam penanganan yang tepat,
Seperti misalnya dengan metode hidroponik yang lebih canggih, hal ini dapat mengurangi resiko kerugian yang besar.
Baca juga artikel Kehidupan Seorang Nelayan