Kisah SAE Nababan Dalam Bergereja!
Menggerakkan Latihan Pelayanan.
terakurat.com–sae-nababan– Perubahan keadaan yang terjadi pada saat itu ia manfaatkan untuk menggerakkan latihan pelayanan di HKBP. Bersama seorang pendeta pemuda Pdt. Alboin Simanungkalit, dan tiga orang pemuda yaitu, Wilman Tampobolon, Mika Tobing, dan Mercy Tobing. Mereka lalu membuat sebuah program.
Sekali dalam sebulan, pada hari Minggu, setiap pukul 15.00 – 18.00, mereka mengundang para pemuda, mahasiswa, dan pekerja yang ada di Jakarta dan sekitarnya untuk menghadiri Latihan Pelayanan. Mereka juga mendatangkan narasumber untuk memberikan saran untuk memasuki Zaman yang semakin modern. Dan untuk mendorong semangat para pemuda yang memiliki bakat dibidang musik juga difasilitasi sarana hiburan bahkan mengundang para musisi yang mulai terkenal pada saat itu. SAE Nababan mengingatkan bahwa menyanyi juga merupakan sebuah pelayanan, menghibur orang lain merupakan pekerjaan yang terhormat.
Latihan Pelayanan Itu diikuti oleh ratusan pemuda, dan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya menjadi terkenal karena prestasinya. Seperti Prof. Bungaran Saragih, Prof. Payaman Simanjuntak, Dr. Bisuk Siahaan, dan Martin Hutabarat.
Latihan Pelayanan yang dilakukan bulanan itu diadakan berpindah-pindah. Tujuannya agar para angkatan muda mengenal jemaat lain yang jumlahnya terus bertabah.
Melakukan Demonstrasi Ke PBB.
Pada Tahun 1966, WCC mengadakan Konferensi Gereja dan Masyarakat di Janewa. Sebuah Konferensi ‘sedunia’ yang dihadiri oleh peserta yang cukup banyak. Tema konferensi pada saat itu adalah “The Christian Response to the Technical and Social Revolutions of Our Time”. pokok-pokok yang dibahas menghasilkan ide-ide baru tentang keadilan ekonomi, tanggung jawab politik, rasisme, hubungan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, serta masalah-masalah yang ditimbulkan akibat perubahan cepat teknologi.
Namun salah satu kejadian penting dalam konferensi tersebut adalah saat para wakil pemuda mengorganisasi unjuk rasa ke kantor PBB, yang letaknya tak jauh dari tempat konferensi.
Mengusung Kesetaraan dan Mengemban Dua Tugas Sekaligus.
Salah satu yang dilakukan SAE Nababan sebagai Sekretaris Umum DGI adalah menciptakan rasa setara dan persaudaraan diantara semua pendeta dari semua gereja. Perbedaan yang ada pada zaman penjajahan adalah pemakaian sebutan Dominee yang disingkat Ds. Yang dipakai oleh pendeta luar negeri dan pendeta Indonesia dan dianggap setara dengan orang belanda. Karena itu SAE Nababan mengusulkan agar semua pendeta memakai Pdt. Saja.
Ketika EACC mendengar bahwa SAE Nababan terpilih sebagai Sekretaris Umum DGI, Sekjen EACC D.T. Niles memintanya untuk meneruskan tugas sebagai Sekretaris Urusan Pemuda EACC sampai selesai pada sidang raya di bulan Agustus 1968. Selama 10 bulan SAE Nababan mengemban dua tugas sekaligus yaitu sebagai Sekjen Urusan Pemuda EACC dan Sekum DGI.
Sikap Saling Menghormati dan Percaya Antar Umat Beragama.
Tantangan bagi gereja-gereja yang ada di Indonesia pada saat itu masih terus bermunculan. Kebiasaan saling mengucapkan Selamat pada hari raya keagamaan tiba-tiba dilarang. Meskipun sejak zaman perjuangan kemerdekaan zaman revolusi kemerdekaan para pejuang kemerdekaan dari berbagai agama sudah terbiasa merayakan hari-hari raya agama bersama. Namun larangan untuk mengucapkan “Selamat Natal” kepada orang Kristen dan larangan untuk menghadiri perayaan Natal bagi orang yang bukan Kristen merupakan kemunduran dan bukanlah kemajuan. Dan yang cukup membuat heboh adalah keputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun 1978 Tentang Pedoman Penyiaran Agama yang dikenal dengan SK 70. Dalam butir kedua tercantum “ Penyiaran agama tidak dibenarkan untuk: a. Ditunjukan terhadap orang dan atau orang-orang yang telah memeluk sesuatu agama lain”. Padahal setiap agama Universal yang ada di Indonesia diperuntukan bagi semua manusia.
Dalam sebuah musyawarah antara umat beragama, SAE Nababan mengajukan pertanyaan kepada Buya Hamka sehubungan dengan Surat Keputusan tersebut. Butuh berapa ratus ribu polisi yang dibutuhkan untuk mengawasi agar larangan tersebut tidak dilanggar? SAE Nababan dan Buya Hamka yang saling menghormati agama masing-masing akhirnya menyadari bahwa larangan tersebut tidak mungkin diberlakukan. Lalu dalam sebuah Musyawarah Antar Umat Beragama, sepakat untuk menyampaikan suatu kepada Presiden Soeharto. Suatu hal yang menyangkut kepentingan semua umat beragama. Buya Hamka ditunjung sebagai Juru Bicara dan SAE Nababan diminta untuk mendampinginya.
Dituduh Mendukung Komunis !
Pada tahun 1975, terjadi pergolakan politik di Portugal yang didominasi oleh Partai Komunis, bertepatan dengan rapat tahunan yang diadakan Komite Eksekutif CWME di Porto, Portugal. Sebelum meninggalkan Lisboa ( Portugal ), ia sempat mengadakan Konferensi Pers, sekedar memberikan informasi kepada publik tentang apa yang baru saja mereka bicarakan. Namun, keesokan harinya di muka halaman sebuah koran tertulis dalam kutip bertuliskan huruf tebal “Komunisme Tidak Bertentangan Dengan Ke kristenan”. dan terpampang foto pada saat konferensi Pers, seolah-olah orang-orang yang berada dalam foto itu mengatakan hal tersebut.
SAE Nababan baru mengetahui berita tersebut setelah beberapa minggu tiba di Jakarta. Ternyata ada orang yang menyebarkan guntingan koran tersebut kepada masyarakat luas. Pada waktu itu keterhubungan seseorang dengan apapun yang berbau komunis akan dicurigai dan menjadikan seseorang berhubungan dengan Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban ( Kopkamtib ), sebuah instansi yang sangat ditakuti.
Tak lama kemudian, Ditjen Bimas Kristen menanyakan hal tersebut kepadanya tentang berita dalam koran tersebut. Namun SAE Nababan tidak langsung menjawab, namun meminta Direktur CWME Dr.Emilio Castaro untuk mengirim guntingan asli dari koran tersebut kemudian menyerahkannya kepada Ditjen Bimas Kristen. Setelah dibaca dengan teliti ternyata kalimat tebal bertanda kutip tersebut merupakan pendapat wartawan yang mewawancarai mereka di Lisboa.
Meskipun sudah jelas, namun setiap kali SAE Nababan berbicara di hadapan umum, guntingan kertas tersebut terus beredar sampai hilang dengan sendirinya. Pertanyaannya adalah siapa yang mengedarkannya dan untuk apa guntingan tersebut diedarkan?