Misteri Kain Kafan Turin Serta Perdebatan Seputar Sejarahnya
Terakurat – Misteri Kain Kafan Turin – Untuk mengetahui kejadian di masa lalu, kita bisa mencari bukti fisik dari sejarah tersebut untuk memperkuat keterangan dari orang yang menjadi saksi peristiwa tersebut. Maka tak heran saja jika barang-barang peninggalan sejarah seperti artefak atau manuskrip banyak yang diteliti lebih lanjut. Namun sayangnya tidak semua barang peninggalan yang diteliti tersebut dapat menjawab semua rasa ingin tahu.
Seperti Kain Kafan Turin yang merupakan salah satu peninggalan sejarah yang hingga saat ini masih menjadi topik perbincangan. Kain tersebut dipercaya sebagian orang pernah digunakan untuk menutup tubuh Yesus Kristus ketika ia dimakamkan, tapi sebagian orang tidak mempercayai hal tersebut. Hingga saat ini banyak yang masih meneliti akan kebenaran cerita kain kafan Turin yang terkenal itu.
Awal Mulai Misteri Kain Kafan Turin
Setelah ditelusuri, sejarah kain kafan Turin dimulai pada tahun 1349 di Lirey, Prancis. Menurut seorang tentara yang berasal dari Prancis bernama Geoffrey de Charny memiliki kain tersebut. Ia mendapatkan kain yang disebut berasal dari Yerusale setelah sebelumnya berada di Konstantinopel. Informasi itu ia dapat dari sebuah dokumen bernama Hunggarian Pray Manuscript yang dibuat pada tahun 1192.
Didalam manuskrip tersebut juga terdapat tulisan ilustrasi penguburan Yesus dan kain kafan yang kemudian dikenal dengan nama Kain Kafan Turin. Kain kafan yang ada di Konstantinopel diyakini dicuri oleh tentara Perang Salib, sehingga sampai benua Eropa. Charny yang memiliki kain kafan tersebut menyeruati Paus Clement VI, ia ingin membangun gereja di Kota Lirey sebagai bentuk rasa syukur.
Menurutnya, ia memiliki kain kafan yang digunakan untuk mengubur Yesus. Ditahun 1355, kain kafan tersebut dipajang agar dapat dilihat oleh orang umum di Lirey. Setelah itu pada tahun 1457, kain tersebut dipindahkan ke Savoy. Lima tahun kemudian, kain itu hampir habis terbakar, dan masih berhasil diselamatkan hanya saja terdapat sedikit hangus di sudut lipatan kain.
Setelah lama tersimpan di Savoy, kemudian pada tahu 1578 kain kafan dibawa ke Turin, Italia untuk disimpan. Karena adanya Perang Dunia II dan dikhawatirkan kain kafan tersebut akan rusak atau dicuri, maka kain kapan tersebut sempat diamankan ke Napoli. Setelah keadaan mereda, kain kafan lalu dikembalikan ke Turin pada tahun 1946.
Bentuk Kain Kafan Turin
Setelah dipindahkan dan disimpan di Turin, barulah istilah kain kafan Turin menyeruak. Jika dilihat secara sekilas, kain kafan Turin tidak terlihat sebagai suatu benda yang dianggap suci oleh banyak orang. Kain kafan tersebut terbuat dari linen dengan panjang 4,36 meter dan lebar 1,1 meter dan terdapat banyak bekas bercak darah.
Kain kafan tersebut sekarang disimpan di Katedral St. Yohanes, Turin, Italia dan dibungkus dengan sutera merah serta disimpan didalam sebuah peti perak. Saat ini kain tersebut hanya diperlihatkan ke publik pada saat kesempatan-kesempatan tertentu saja karena dianggap memiliki sejarah yang mengagumkan.
Sejak dipajang di Turin, Prancis banyak yang tertarik untuk melihat kain kafan tersebut, bahkan sudah banyak yang melakukan penelitian terhadap kain kafan Turin. Namun, yang menggegerkan adalah penemuan yang tidak disengaja dilakukan oleh seorang fotografer amatir bernama Secondo Pia pada tahun 1989.
Ketika kain kafan tersebut dipamerkan, ia mengambil foto kain tersebut dan pada malamnya ia mendapat hasil negatif dari foto kai tersebut. Ia menemukan sebuah gambar seorang pria mirip Yesus dengan posisi tertidur layaknya seseorang yang meninggal ditutupi kain kafan.
Penemuan sebuah wujud dalam kain kafan Turin yang dilakukan oleh Pia lantas mendapatkan perhatian dunia. Surat kabar di Vatikan bernama L’Osservatore Romano merupakan salah satu surat kabar yang berani mempublikasikan cerita tersebut.
Namun sayangnya, pihak gereja memilih bungkam mungkin agar tidak menimbulkan kegaduhan yang lebih luas.
Kontroversi Kain Kafan Turin
Sejak dipublikasikan, kain kafan Turin langsung menarik perhatian banyak orang. Banyak peziarah yang inginmelihat kain kafan yang disebut-sebut pernah digunakan untuk memakamkan Yesus berdatangan. Tidak semua orang mau menerima asumsi kain tersebut, banyak orang yang ragu dan mempertanyakan akan keaslian kain tersebut.
Pihak-pihak yang mempertanyakan bukan hanya dari kalangan peneliti saja yang biasanya skiptis atas cerita-cerita yang belum bisa mereka buktikan secara ilmiah. Sebagian dari kalangan ahli agama dan ada juga yang mempertanyakan kebenaran cerita kain kafan tersebut. Seorang ahli Uksup dari Troyes bernama Pierre d’Arcis sempat menulis memorandum yang ditunjukan untuk Paus Clement VII.
Ia mempertanyakan keaslian kain kafan Turin sebagai kain yang benar-benar pernah digunakan untuk memakamkan Yesus. Ia menambahkan bahwa kita sucinya tidak ada yang menyebut tentang keberadaan kain kafan tersebut. Bahkan ia berani berasumsi bahwa yang sebenarnya ada di kain kafan tersebut adalah lukisan.
Lalu pada tahun 1978, sekelompok peneliti dari Amerika meneliti kain kafan Turin. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa kain kafan tersebut bukanlah lukisan. Berselang 10 tahun, Tahta Suci memperbolehkan, relik di kain kafan untuk di uji agar dapat diteliti lebih lanjut.
Hasil Penelitian Radiokarbon
Tes Radiokarbon lantas dilakukan oleh tiga universias secara terpisah, diantaranya Oxford, Arizona dan Insitut Federal Swiss. Semua diberi sampel yang sama, yaitu kain sebesar 1 cm dan 5,7 km dari sudut kafan.
Hasilnya cukup mencengangkan, karena kemungkinan besar kain kafan tersebut berasal dari tahun 1260 hingga 1390. Masa yang disebut sebagai abad pertengahan itu merupakan masa ketika gereja bertindak absolut dan mengesampingkan berbagai penemuan ilmu pengetahuan.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh seorang ahli kimia bernama Raymond N. Rogers dalam sebuah jurnal ilmiah bernama Thermochimia Acta edisi Januari 2015. Ia mengatakan bahwa sampel kain untuk uji penanggalan radiokarbon tidaklah valid.
Ia menambahkan bahwa sampel yang seharusnya diambil berdasarkan dari tambalan kain yang digunakan untuk memperbaiki kain kafan karena kebakaran di tahun 1532. Raymond menyimpulkan bahwa kain kafan itu setidaknya berusia 1.300 tahun atau dengan kata lain berasal dari waktu yang sama dengan waktu penyaliban Yesus.
Hasil Analisa Kain Kafan Turin
Pada tahun 2004, sebuah jurnal mengungkap hasil penelitian bagian belakang kain yang dipotret. Guilio Fanti dan Roberto maggiolio dari Universitas Padova mengidentifikasi gambar samar, kemudian membalikannya. Hasilnya terdapat kejanggalan pada gambar tangan di kain kafan. Terdapat bekas luka tusukan yang cukup besar di telapak tangan yang menembus ke pergelangan tangan.
Tusukan di pergelangan tangan tersebut tidak membuat posisi Yesus ketika disalib seperti yang sering kita lihat. Melainkan tubuhnya tidak akan tertahan di tangannya yang sobek karena menahan berat. Sebuah rekontruksi kemudian dilakukan dan hasilnya, kemungkinan orang yang dibalut oleh kain kafan tersebut bukanlah Yesus karena posisinya saat dipaku horisontal.
Berbagai penelitian dan kesimpulan yang dikeluarkan para ahli sepertinya tidak akan mampu mengungkap misteri dibalik kain kafan Turin. Terutama mengenai apakah benar kain tersebut pernah digunakan untuk mengubur Yesus atau bukan. Perdebatan pendapat akan terus muncul diantara mereka.
Nah, itulah sedikit cerita mengenai misteri kain kafan Turin dan perdebatan seputar sejarahnya. Perbedaan pendapat memang sudah menjadi suatu hal yang biasa sampai ditemukannya bukti-bukti ilmiah yang sulit dibantah.