Jonathan Kuo.
(Bawa Pulang Penghargaan Dari Brand Dunia Melalui Musik Klasik)
Jonathan Kuo adalah Pianis muda berbakat yang membanggakan. Bagaimana tidak, diusianya yang masih sangat muda ia sudah banyak mendapatkan gelar juara dari berbagai perlombaan internasional.
Ia mulai belajar piano di usia tujuh tahun. Merupakan seorang murid dari konduktor sekaligus pendiri Jakarta Sinfonietta, lswargia R Sudamo. Saat itulah ia menemukan bahwa passionnya datang dari alat musik piano.

Kemampuannya pun terus berkembang hingga di usia 13 tahun, Jonathan mampu memberikan resital solo perdananya dan resital itu pun terus berlanjut.
Kecintaannya dan kegigihannya dalam mengembangkan bakat tersebut membuat orang di sekitarnya semakin mendukungnya, termasuk sang ibu Linda Kartasasmita, meskipun sempat merasa tidak yakin dengan profesi musisi. Namun, saat ini ibunyalah yang setia mendukung dan mendampingi Jonathan.
Bukan Berasal dari Keluarga Musisi.

Jonathan tidak dibesarkan dari keluarga musisi. Ayah dan ibunya tidak memahami soal musik. Ibunya bahkan tidak mengerti cara membaca not. Meski begitu, Linda mengaku tetap terus mendukung anaknya tersebut.
Remaja 17 tahun ini ingin konsisten menjadi pianis klasik, walaupun orang tuanya menyakini ia kelak juga bisa menjadi insinyur dan dokter. Sebab, tak hanya dalam musik, ia juga memiliki prestasi akademis yang bagus di sekolah.
Bahkan untuk bisa berlatih piano lebih serius, Jonathan memilih home schooling. Namun ia sempat kesulitan mendapat izin dari orangtuanya untuk home schooling. Berkat home schooling kini Jonathan punya waktu lebih banyak untuk berlatih dan menjadi lebih percaya diri dalam berkompetisi.
Jonathan lahir di Bandung, 21 September 2002. Putra pertama pasangan John Kuo dan Linda Kartasasmita ini telah mengukir prestasi. Baik di dalam negeri maupun di Luar Negeri.
Young Steinway Artist.

Gelar Young Steinway Artist juga sangat mendukung karir Jonathan sebagai pianis. Bahkan namanya terdaftar dan sebanding dengan pianis terbaik dunia seperti Martha Argerich, Lang Lang, Diana Krall dan masih banyak lagi.
Penghargaan tersebut diberikan pada saat gala konser resital Jonathan Kuo bersama Jakarta Sinfonietta di Aula Simfonia Jakarta, Minggu, 7 Oktober 2018 tahun lalu.
Jonathan secara sempurna memainkan repertoar gubahan Tchaikovsky Piano Konserto dalam Bes Minor yang terkenal sangat sulit. Jonathan mengaku puas dengan penampilannya dan bersyukur dapat penghargaan sebagai Young Steinway Artist.
Prestasi yang diraih Jonathan Kuo :

Peringkat ke-2 serta penghargaan khusus untuk penampilan Marzuka terbaik pada 5th ASEAN International Chopin Piano Competition tahun 2012 di Kuala Lumpur (Malaysia).
Pemenang ke-3 Indonesia Steinway Youth Piano Competition tahun 2012 kategori talentum A (usia dibawah 10 tahun).
Urutan ke-1 Indonesia Steinway Youth Piano Competition tahun 2014 kategori talentum B (usia dibawah 13 tahun).
Juara ke-1 Thailand 1st Chopin International Competition tahun 2014 group C.
Peringkat ke-2 Medan International Piano Competition tahun 2015 kategori E (usia 13-17 tahun).
Juara ke-3 Kawai Asia International Piano Competition tahun 2015 kategori talentum C.
Prestasi terakhir yang dia raih adalah “Concerto Encouragemen prize” dari Virginia Waring International Piano Competition di Palms Spring, USA.
Joey Alexander.
(Mendunia Bersama Music Jazz).
Lahir dengan nama Josiah Alexander Sila di Denpasar pada tanggal 25 Juni 2003. Saat ini usianya 16 tahun. Akrab dipanggil Joey Alexander adalah seorang pianis jazz asal Indonesia. Di usia 7 tahun ia telah menguasai teknik permainan piano dan improvisasi yang sangat penting dalam aliran musik jazz.
Joey merilis album musik perdananya yang berjudul “My Favorite Things” pada tanggal 12 Mei 2015 di usianya yang ke-11 tahun di bawah label Motema Record, New York. Melalui album ini, Joey mendapatkan nominasi Anugerah Grammy untuk dua kategori: Best Instrumental Jazz Album (“My Favorite Things”) dan Best Jazz Solo Improvisation (Giant Steps dari album tersebut).
Ia juga bekesempatan Tampil sepanggung dengan Adele, Taylor Swift, Ed Sheeran, Bruno Mars dan musisi dunia lainnya di Grammy Awards 2016. Ia juga menjadi Artis Asia Tenggara Pertama yang tampil di acara bergengsi tersebut.

Joey hampir sepenuhnya belajar musik jazz sendiri (autodidak) sejak usia enam tahun, ketika ia diberi hadiah keyboard oleh orang tuanya. Ia pernah tampil di hadapan Herbie Hancock dan Bill Clinton. Pada tahun 2014, Wynton Marsalis mengundang Alexander untuk bermain di malam gala Jazz at Lincoln Center 2014, dan ia menjadi “sensasi dalam semalam”, tulis The New York Times.
Joey memenangi Grand Prix dalam Master-Jam Fest 2013, dan tampil di Montreal International Jazz Festival dan Newport Jazz Festival 2015.
Joey Alexander adalah Musisi muda Indonesia pertama yang masuk dalam Billboard 200 di Amerika Serikat, dengan album debutnya My Favorite Things mencapai peringkat 174 pada 30 Mei 2015. Ia Juga menjadi Musisi ke 2 dari Indonesia yang sukses di Chart Billboard setelah Anggun. Untuk saat ini, Joey Alexander dan Anggun adalah artis Indonesia yang sukses tampil di perhelatan penghargaan musik bergengsi tingkat Dunia. Di mana Anggun tampil di World Music Awards dan Joey di Grammy Awards.
Keponakan Nafa Urbach.

Joey Alexander Sila lahir dari pasangan Denny Sila dan Farah Leonora Urbach, yang menjalankan usaha wisata petualangan. Joey juga merupakan keponakan dari penyanyi Nafa Urbach. Ayahnya seorang musisi amatir, dan kedua orang tua Joey merupakan penggemar musik jazz, khususnya karya Louis Armstrong.
Joey belajar jazz dengan mendengarkan album klasik ayahnya. Pada usia enam tahun ia belajar sendiri bermain piano dengan keyboard listrik kecil pemberian ayahnya, dengan mendengarkan komposisi seperti “Well, You Needn’t” karya Thelonious Monk dan lagu-lagu jazz lain yang dikoleksi ayahnya.
Joey mengatakan bahwa baginya belajar alat musik terasa alamiah, orang tuanya yang beragama Kristen, percaya bahwa bakatnya adalah “anugerah Tuhan”. Joey menganggap Monk, John Coltrane, Harry Connick, Jr., Bill Evans dan Herbie Hancock sebagai panutan musiknya, selain juga mengagumi Clifford Brown, Miles Davis, Wynton Marsalis, Brad Mehldau, Lee Morgan, Horace Silver dan McCoy Tyner.
Karena tidak ada kursus jazz formal di kampung halamannya, Joey mulai bermain dalam jam session bersama musisi berpengalaman di Bali dan Jakarta, di mana akhirnya keluarganya menetap setelah menutup bisnis wisatanya supaya Alexander dapat tingal dekat dengan musisi jazz papan atas Indonesia.
Joey bermain untuk Hancock pada usia 8 tahun ketika ia mengunjungi Jakarta sebagai duta UNESCO. Hancock berkata pada Joey Alexander bahwa ia yakin padanya, dan Joey Alexander kemudian melukiskan hal itu sebagai “hari ketika aku mempersembahkan masa kecilku untuk jazz”.
Pada usia 9 tahun, Alexander meraih Grand Prix dalam Master-Jam Fest 2013, kompetisi musik jazz untuk segala usia di Odessa, Ukraina, yang diikuti 43 musisi dari 17 negara. Alexander dan keluarganya pindah ke New York pada tahun 2014.
Penghargaan yang pernah diraih :

Improvisasi Jazz Solo Terbaik Tahun 2016.
Album Instrumental Jazz Terbaik Tahun 2016.
Program Special Events Tahun 2016.
Anugerah Penyiaran Anak Tahun 2018.