TERAKURAT

Akurat dan menginspirasi

Suku Primitif yang Ada di Indonesia!

Banyak yang tidak mengetahui, di era modern ini masih ada suku-suku yang hidup jauh dari kemajuan teknologi dan masih mengikuti kultur leluhur. Apalagi di Indonesia, yang memiliki banyak hutan dan pulau-pulau terpencil, sehingga masih terdapat beberapa suku primitif yang masih eksis di Indonesia.

Berikut ini suku-suku yang bisa bertahan hidup dan mampu menjaga tradisinya masing-masing di pedalaman :

1. Suku Kombai.

Suku Kombai adalah salah satu suku yang terletak di pedalaman Papua. Mereka begitu terjaga karena kondisi alam dan tradisi yang dibawanya. Yang membuat mereka cukup istimewa, karena bertempat tinggal di rumah-rumah yang dibangun diatas pohon denga ketinggian yang lebih dari 50 meter. Tujuan dari membangun rumah diatas pohon adalah untuk menghindari ancaman-ancaman alam seperti bajir maupun serangan dari hewan buas.

Perlu diketahui, Suku Kombai sudah terbiasa dengan kultur kanibalisme, yang gemar memakan daging manusia atau anggota suku yang melanggar aturan yang disepakati bersama. Iyuuuwwwhh ngeri banget ya guys !

2. Suku Samin.

Suku primitif bukan berarti hidupnya menetap di pulau-pulau terjauh di Indonesia, karena masih terdapat suku yang bisa menjaga tradisi meskipun tinggal di Pulau Jawa. Nah, suku tersebut adalah Suku Samin, mereka menetap di daerah Blora dan Bojonegoro.

Suku ini memilih untuk hidup didalam hutan dengan sederhana dari cara berpakaian maupun cara hidup. Sejarahnya. Masyarakat Samin merupakan suku yang menolak terhadap adanya kolonialisme Belanda dan lebih memilih untuk mengasingkan diri.

Namun sepertinya tradisi untuk mengasingkan diri masih terbawa hingga sekarang dan menyebabkan kehidupan Suku Samin tidak berkembang. Sekarang suku tersebut lebih dikenal sebagai kelompok yang tertutup, lugu dan menjadi lelucon di masyarakat bojonegoro.

3. Suku Togutil.

Suku ini terletak di Halmahera Utara, tepatnya di pedalaman Hutan Totodoku, Tukur-Tukur, dan Lolobata. Istilah togutil hanya digunakan oleh masyarakat luar, orang-orang tersebut tidak menyukai penggunaan Togutil karena konotasinya yang dianggap negatif.

Baca juga  Sinopsis Film Horor Indonesia: Jeritan Malam!

Suku ini memilih untuk mengisolasi diri dan menjaga Hutan Totodoku, karena orang-orang Togutil melihat pentingnya hutan bagi kehidupan mereka.

4. Suku Laut.

Sama dengan namanya, Suku Laut merupakan suku yang tinggal dengan cara nomaden di Kepulauan Riau. Suku ini dulu dikenal sebagai kelompok perompak yang memiliki peran penting dalam kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka, dan Kesultanan Johor. Suku Laut sangat berperan dalam menjaga stabilitas pada kawasan dagang disana dengan mengusir bajak laut dan memandu para pedagang.

5. Suku Kajang.

Suku ini tinggal di Pedalaman Bulukumba, Sulawesi Selatan. Suku ini mayoritas masih menetap di Desa Tana Toa dan masih hidup dengan cara-cara yang sangat tradisional. Namun terlepas dari primitifnya suku ini, atura-aturan hidup sudah berlaku untuk mengatur kehidupan Suku Kajang.

Hanya saja suku ini begitu menolak peradaban, bahkan ketika ada warga yang ingin berkunjung pun tidak dapat menggunakan alas kakinya. Warna hitam seakan menjadi kewajiban dalam berpakaian, karena suku ini sangat percaya bahwa warna hitam melambangkan kesederhanaan dan persamaan.

6. Suku Polahi.

Istilah ‘Polahi’ diartikan sebagai pelarian, dan menjadi sebutan dari suku yang terasing dan hidup di daerah Pedalaman Hutan Baliyohuto, Gorontalo. Konon, dahulu ada warga Gorontalo yang memilih untuk pergi meninggalkan tempat tinggalnya kemudian masuk ke dalam hutan, tujuan untuk melarikan diri dari kolonialisme Belanda.

Kemudian mereka memilih untuk beradaptasi dan menetap di hutan saat Indonesia sudah merdeka. Sekarang suku tersebut cenderung menolak dalam berinteraksi kepada masyarakat luar, karena mereka menganggap bahwa orang luar adalah penjajah. Sehingga perkembangan dan modernisasi tidak ada didalam suku tersebut.

Tinggal secara nomaden di Hutan Boliyohato, Suku Polahi memiliki kebiasaan yang cukup unik, yaitu melakukan kawin sedarah. Selain itu, suku ini juga mempunyai tiga kepercayaan yang berbeda-beda. Akan tetapi, masyarakat Polahi cenderung saling menerima satu sama lain.

Baca juga  Angkernya Jalur Gumitir, Penghubung Jember Banyuwangi

7. Suku Mentawai di Sumatra Barat.

Suku ini termasuk kedalam kategori suku kuno, karena sejarah munculya suku ini masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Mereka menetap di Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat dan Utara. Berbagai pendapat muncul mengenai asal usulnya, ada beberapa yang mengatakan bahwa suku ini berasal awalnya dari bangsa polinesia. Namun, ada juga yang menilai suku ini berasal dari Melayu Tua.

Namun sekarang ini Suku Mentawai mengalami penurunan jumlah, bahkan dikabarkan telah masuk pada generasi terakhir. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh budaya-budaya tradisional yang sudah mulai ditinggalkan oleh generasi penerusnya.

8. Suku Korowai di Papua.

Suku ini bisa dibilang terancam punah, karena jumlahnya yang semakin sedikit. Mereka tinggal di lebatnya hutan di Papua, dan memiliki kesamaan dengan Suku Kombai dalam hal cara bertahan hidup. Tinggal diatas pepohonan tinggi, dengan membangun rumah untuk tiap keluarganya.

Jika Suku Kombai menggunakan cara ini agar terhindar dari binatang buas, Suku Korowai melakukannya juga untuk melindungi diri mereka dari serangan penyihir laki-laki tanah.

Statusnya yang terancam punah disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan mereka yang merusak kesehatan seperti seks bebas dan mengkonsumsi minuman keras. Sehingga banyak anggota suku ini yang terjangkit HIV/AIDS dan menyebarkannya.

9. Suku Anak Dalam/Kubu (Jambi) .

Suku Anak Dalam tinggal di Provinsi Jambi, dan menyebar di hutan-hutan wilayah sana. Kehidupannya yang sangat primitif dan jauh dari peradaban merupakan karakteristiknya. Namun sekarang ini keberadaan dari suku tersebut juga terancam, bersamaan dengan meningkatnya pembangunan perusahaan di hutan-hutan wilayah Sumatera.

Banyak dari anggota suku ini yang kemudian harus pergi meninggalkan kampung halamannya akibat terkena dampak dari perkembangan industri yang terjadi disana.

Baca juga  Misteri Rosalia Lombardo, Mumi Berukuran Cilik dan Misterius

10. Suku Dayak.

Dari berbagai macam suku, Suku Dayak memiliki karakteristik yang unik. Dengan tradisi ‘Ngayau’ yang berarti kepala musuh, kehidupan yang mereka jalani sangat primitif dan mereka memilih untuk menetap di pedalaman Kalimantan. Salah satu tradisi yang sudah turun temurun terjaga di suku ini adalah sikap kanibalismenya, dan hal itu cukup mengerikan. Sekarang ini juga masih belum ada penelitian-penelitian lanjutan yang dapat menemukan tradisi ataupun cara hidup dari Suku Dayak.

11. Suku Baduy.

Biasa dipanggil dengan sebutan Orang Kanekes atau Orang Baduy/Badui merupakan kelompok etnis dari masyarakat adat suku Banten di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jumlah mereka sekitar 26.000 orang, dan mereka termasuk salah satu suku yang mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Disamping itu mereka juga mempunyai keyakinan yang tabu untuk didokumentasikan, khususnya bagi penduduk di wilayah Baduy Dalam.

12. suku mante.

Berdasarkan dari literasi sejarah, Suku Mante termasuk ke dalam suku bangsa melayu kuno yang datang ke Aceh sejak 3 ribu tahun sebelum Masehi. Sejak dulu, dikenal Suku Mante memang suka menyendiri di hutan.

Pada awalnya, Suku Mante sudah mendiami hutan di kawasan Aceh Besar daerah Jantho. Kemudian mereka menyebar ke sejumlah hutan di Aceh seperti Geumpang, Tangse, Pidie dan Aceh Tengah. Setelah masuknya Islam di abad ke-3, sebagian dari Suku Mante ada memeluk agama Islam dan sebagiannya lagi menolak, mereka memilih melarikan diri dan mengasingkan dirinya ke dalam hutan.

Hal inilah yang menyebabkan Suku Mante dianggap sudah punah sekarang ini, karena keberadaannya sulit ditemukan. Tapi belakangan ini ada sebuah video viral telah menampilkan sosok yang dianggap sebagai kelompok dari Suku Mante.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top