terakurat.com–sewol– Saat peristiwa mengerikan itu terjadi, kapal dinakhodai oleh Kapten Lee Joon-seok (69 tahun) yang merupakan nakhoda pengganti. Lee mempunyai pengalaman 40 tahun berlayar dan sudah sering melintasi rute Incheon-Jeju sebelumnya. Dia melakukan kontrak kerja selama satu tahun dengan gaji 2.500 dolar AS.
Awalnya pelayaran berlangsung lancar. Namun, ketika Sweol melintasi Selat Maenggol, terkenal dengan arus airnya yang kuat, orang yang bertugas di anjungan justru seorang perwira ketiga yang belum berpengalaman.
Dikabarkan bahwa perwira muda ini melihat sebuah kapal yang melaju ke arah kapal Sewol. Takut terjadi tabrakan, akhirnya perwira ini memerintahkan agar kapal berbelok.
Celakanya, petugas yang mengemudikan kapal berbelok terlalu tajam sehingga Sewol kehilangan keseimbangannya dan mengakibatkan kargo kapal bergeser ke satu sisi.
Kapal tersebut akhirnya miring dan tak bisa tegak kembali, kemudian berakhir dengan tragedi menyedihkan tersebut. Saat kapal mulai tenggelam, kru kapal berulang kali memerintahkan penumpang agar tetap berada di dalam kabin.
Kabar tentang Sewol yang berada dalam masalah, pertama kali datang dari seorang pelajar yang menggunakan ponselnya. Ia menghubungi pasukan penjaga pantai untuk meminta pertolongan.
Saat beberapa kqpal pasukan penjaga pantai berdatangan, sang kapten, kepala kamar mesin, serta perwira pertama dan kedua yang pertama kali diselamatkan. Sementara penumpang dan kru yang berada di dek-dek bawah karena diperintahkan tetap berada dalam kabin menemui ajalnya. Seharusnya keselamatan penumpang lebih diutamakan.
Investigasi Kapal Ferry Sewol.
Pada 17 April 2014, aparat setempat melakukan investigasi. Pasukan penjaga pantai Korea Selatan menyimpulkan “berbelok tanpa sebab dan tiba-tiba” menjadi penyebab utama tenggelamnya kapal Sewol. Kelebihan muatan juga dianggap sebagai salah satu faktor tenggelamnya Sewol. Saat tenggelam, Sewol mengangkut sebanyak 3.608 ton kargo atau tiga kali lipat lebih berat dari kapasitas yang seharusnya hanya 987 ton.
Selain itu, Sewol hanya membawa 580 ton air pemberat, jauh lebih sedikit dari yang direkomendasikan yaitu 2.030 ton sehingga membuat kapal jauh lebih rentan miring dan tenggelam.
Kapten feri Sewol akhirnya ditangkap dan didakwa melakukan kelalaian dalam menjalankan tugas, melanggar hukum kelautan, dan pelanggaran lainnya. Dia juga meninggalkan meninggalkan kapal di saat para penumpang masih berada di dalam kapal yang tengah tenggelam itu. Padahal undang-undang Korea Selatan jelas-jelas mengatur,bahwa kapten kapal harus tetap berada di posnya saat bencana datang.
Pemegang kemudi dan perwira ketiga juga ditahan karena melakukan kelalaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa. CEO Chonhaejin Marine, perusahaan yang mengoperasikan Sewol, Kim Han-sik ditangkap dan dijerat beberapa dakwaan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan juga mencabut izin operasional Chonghaejin Marine, terutama untuk rute Incheon-Pulau Jeju.
Berikut Fakta Mengerikan yang Didapat dari Tragedi Tenggelamnya Kapak Sewol:
48 Jasad Ditemukan Berdesakan Dalam Satu Kabin.
Kapal Sewol karam dalam posisi miring Pada Rabu 16 April 2014, kabin-kabin terbalik seperti labirin. Para penyelam harus menyusuri lorong-lorong sempit dan padat, untuk mencari para korban yang masih terjebak di dalamnya.
Sebuah temuan mengerikan didapat. Para penyelam menemukan 48 jasad bersesakan di sebuah ruangan kapal, yang seharusnya hanya bisa menampung 38 orang.
Jasad-jasad tersebut berdesakan di dalam kabin mirip asrama dengan banyak tempat tidur, Semuanya masih memakai jaket penyelamat.
Kapten Ditangkap.
Percakapan dramatis yang sempat terjadi saat Sewol mulai tenggelam. Dalam percakapan tersebut kru kapal memberikan kabar kondisi kapal yang sangat miring pada saat itu, dan Dinas Perhubungan Jindo menanyakan apakah penumpang bisa menyelamatkan diri? kemuan sang kru kapan mengatakan tidak mungkin karena posisi kapal yang sudah sangat miring.
Kapten dan kru kapal tersebut ditangkap pada hari Sabtu. Lee Jun-seok didakwa karena meninggalkan penumpang pada saat krisis. Kapten wanita berusia 26 tahun yang mengemudikan kapal saat kejadian dan kru lainnya dimasukkan ke penjara.
Konser Duka Lee Min Ho dan Park Shin Hye.
Lee Min Ho dan Park Shin Hye yang telah dijadwalkan akan menggelar konser. Akibat kecelakaan Ferry tersebut, mereka meminta penundaan event. Namun hal itu ditolak oleh pihak penyelenggara karena ada 12.000 fans dari luar negeri yang sudah datang ke Korea.
Akhirnya keduanya tetap menggelar konser tersebut meski dalam suasana berduka. Lee Min Ho dan Park Shin Hye mengenakan baju berwarna hitam saat naik ke atas panggung. Suasana konser pun diliputi duka mendalam.
Penantian yang Menyakitkan.
Tragedi Sewol menewaskan 304 orang di dalamnya. Sebagian besar dari mereka adalah para siswa yang akan melakukan darmawisata ke Pulau Jeju.
Jumlah penumpang yang ada dalam kapal tersebut adalah 476 orang, diantaranya terdapat 339 orang para murid dan guru yang sedang melakukan kegiatan sekolah.
Banyak yang terjebak di dalamnya ketika kapal itu miring ke satu sisi dan kemudian tenggelam dalam waktu dua jam setelah sinyal tanda bahaya dikirimkan.
Kesaksian Para Korban yang Selamat.
Seorang penumpang kapal Sewol yang selamat menceritakan keputusannya untuk menyelamatkan diri saat kapal mulai terbalik dan air menerjang siswa-siswa yang sedang ditolongnya.
Eun-su Choi adalah orang yang sering melakukan perjalanan dari Incheon ke selatan Jeju. Dia baru saja menyelesaikan sarapan dan pergi merokok ke atas dek kapal ketika bencana itu terjadi.
“Tiba-tiba kapal miring dan mulai tenggelam. Kontainer-kontainer mulai jatuh ke laut, dan saya menyadari kapal kami akan terbalik. Saya memegang erat tangga. Saya mencoba menyelamatkan para siswa yang berada di kantin kapal. Mereka terlihat meluncur dengan lutut ke arah meja kasir.”
“Kami mencoba untuk menarik mereka dengan selang kebakaran, sangat sulit untuk menyelamatkan mereka. Kami kemudian memutuskan untuk memanjat, tapi sekarang saya menyesal.”
Ia mengatakan temannya juga berhasil menyelamatkan seorang anak perempuan berusia enam tahun. Anak tersebut diberikan oleh orang tuanya ke penumpang-penumpang lain, dari tangan ke tangan, di dalam kapal. Ia mengatakan orang tua si anak dan penumpang lain, yang tidak berhasil menyelamatkan diri, adalah “orang-orang paling berani.”
Semua orang yang ia lihat membantu menyelamatkan anak itu tewas tenggelam, tambahnya.