Upacara Pemakaman yang Ada di Indonesia.
Upacara pemakaman merupakan sebuah upacara yang berhubungan dengan penguburan, kremasi, dari jenazah orang mati, atau ritual penguburan. Adanya upacara pemakaman biasanya berdasarkan kepercayaan dari sebuah budaya untuk mengenang dan menghormati orang mati melalui berbagai monumen, ritual, dan doa.
Kebiasaan tersebut sangat beragam antar budaya dan agama. Pemakaman seringkali memiliki segi keagamaan yang ditujukan untuk membantu jiwa almarhum mencapai kehidupan setelah kematian, kebangkitan atau reinkarnasi, ritual tersebut biasanya diberikan kepada jenazah.
Seni rupa pemakaman merupaka seni yang berhubungan dengan penguburan, termasuk dalam jenis makam dan objek-objek yang secara khusus dibuat untuk penguburan jenazah. Pada umumnya upacara kematian diselenggarakan dengan cara dikubur, akan tetapi ternyata ada sejumlah daerah-daerah di Indonesia yang memiliki tradisi yang berbeda dari upacara kematian kebanyakan. Tradisi-tradisi tersebut sebenarnya merupakan peninggalan kebudayaan jauh sebelum datangnya agama Islam dan kristen ke Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa tradisi unik upacara kematian yang ada di Indonesia:
1. Rambu Solo – Toraja Selatan.
Upacara kematian Rambu Solo diadakan secara besar-besaran. Persiapan upacara ini bisa memakan waktu sampai berbulan-bulan. Sambil menunggu persiapan selesai, jasad yang akan dimakamkan di semayamkan terlebih dahulu menggunakan sebuah peti. Upacara ini juga mengadakan penyembelihan berbagai hewan ternak, terutama kerbau. Semakin tinggi status sosialnya maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Jumlah kerbau tersebut dapat berkisar antara 24 – 100 ekor.
2. Brobosan – Jawa Timur.
Brobosan dilakukan dengan cara berjalan bolak-balik sebanyak 3 kali dimulai dari sisi sebelah kanan keranda menerobos ke bagian bawah keranda jenazah yang sedang diangkat tinggi. Ritual ini dilakukan sebelum jenazah dibawa ke pemakaman. Maksud dan tujuan dilakukannya tradisi ini adalah untuk menghormati jenazah serta mengambil tuahnya. Misalnya jika orang tersebut berumur panjang dan memiliki ilmu yang tinggi. Dipercaya semua tuah itu akan menurun kepada anggota keluarga yang melakukan brobosan. Jika yang meninggal adalah anak-anak maka ritual ini tidak dilakukan.
3. Ngaben – Bali.
Upacara ini adalah proses kremasi atau pembakaran jenazah. Tujuan upacara ini dilakukan untuk mensucikan roh orang yang sudah meninggal. Jika pihak yang meninggal tersebut berasal dari kasta yang tinggi maka upacara ngaben akan segera dilakukan.
Namun, sebaliknya jika orang tersebut berasal dari kasta yang rendah maka jenazahnya akan dikuburkan terlebih dahulu untuk kemudian digali kembali ketika akan diselenggarakan ngaben. Karena biaya untuk mengadakan upacara ngaben ini tidaklah sedikit. ngaben dapat memakan waktu hingga berhari-hari.
Puncaknya adalah pembakaran jenazah beserta kerandanya dalam bentuk lembu atau vihara. Karena upacara ini memerlukan biaya yang banyak maka bagi orang yang tidak memiliki cukup uang dapat mengadakan upacara ini secara kolektif.
4. Saur Matua – Sumatera Utara.
Upacara ini khusus dilakukan untuk seseorang yang meninggal jika semua anaknya sudah menikah dan memiliki anak. Dalam upacara ini diadakan pembagian khusus dari hewan yang disembelih untuk pihak-pihak tertentu.
5. Trunyan – Bali.
Orang-orang yang meninggal dunia di desa ini tidak dikuburkan ataupun dibakar. Jenazah akan diletakkan di bawah pohon yang disebut taru menyan. Jenazah hanya ditutupi dengan sungkup bambu. Di sekitarnya akan diletakkan beberapa perlengkapan milik mendiang.
Konon katanya meskipun demikian tempat ini tidak menimbulkan bau busuk. Hal ini dipercaya bahwa pohon taru menyan yang berdiri ditempat tersebut mampu melenyapkan bau tidak sedap yang dihasilkan oleh mayat yang sudah membusuk yang diletakkan di sana.
6. Marapu – Sumba.
Marapu merupakan sebuah kepercayaan peninggalan zaman megalitikum. Upacara kematian dengan tradisi ini masih sarat dengan kepercayaan terhadap kekuatan roh nenek moyang. Upacara kematian marapu memakan biaya yang sangat mahal. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah hewan ternak yang harus disembelih sepanjang prosesi ritual ini dilakukan.
Oleh karena itu upacara kematian ini dapat ditunda sampai bertahun-tahun setelah kematian seseorang. Penganut kepercayaan marapu juga memakamkan jenazah dengan posisi seperti janin dalam rahim. Kuburan yang digunakan juga sangat unik yaitu berupa batu yang diberi lubang lalu kemudian ditutup dengan batu lagi. Tradisi seperti ini mengingatkan kita pada sarkofagus dari zaman batu bukan?
7. Waruga – Minahasa.
Pada Zaman dulu orang-orang di Minahasa dikuburkan ke dalam sebuah kotak batu yang ditutup dengan penutup berbentuk limas segiempat. Jenazah diletakkan ke dalam kotak batu yang disebut waruga, posisi tumit menyentuh pantat dan muka mencium lutut. Tradisi ini lalu dilarang oleh Belanda sekitar tahun 1870’an karena merebaknya wabah pes dan kolera.
8. Mumifikasi suku Asmat – Papua.
Tidak sembarang jenazah dimumifikasi oleh suku Asmat. Tradisi ini hanya dilakukan pada jenazah kepala suku atau orang-orang tertentu yang memiliki jabatan penting dalam suku tersebut. Jika kita perhatikan dari ulasan sebelumnya sepertinya posisi memeluk lutut memang menjadi posisi sakral dalam kepercayaan animisme – dinamisme.
9. Iki Palek suku Dani – Papua.
Jika ada bagian anggota keluarga yang meninggal maka anggota keluarga yang masih hidup harus memotong ruas jari tangannya. Hal tersebut merupakan simbol dari rasa berduka.
Hal ini pada umumnya hanya dilakukan oleh wanita tertua di keluarga tersebut, namun kaum lelaki ada juga yang turut serta melakukannya sebagai simbol kesetiaan. Ritual pemotongan jari ini pun dilakukan dengan spontan menggunakan benda tajam atau menggunakan gigi dengan cara digigit hingga putus.
10. Tiwah suku Dayak – Kalimantan Tengah.
Ritual ini dilaksanakan oleh penganut agama kaharingan. Jasad yang sudah dikuburkan kemudian digali lagi. Selanjutnya adalah pensucian tulang-belulang dengan upacara khusus bersamaan dengan penombakan sejumlah hewan ternak. Proses terakhir adalah meletakkan tulang-tulang tersebut ke sebuah tempat khusus yang tidak tersentuh oleh tanah.
11. Sirang-sirang suku batak marga Sembiring – Sumatera Utara.
Sirang-sirang adalah Upacara kremasi yang diduga merupakan pengaruh dari agama hindu. Jenazah yang sudah dibakar dan menjadi abu akan dihanyurkan ke sungai. Tradisi ini hanya dilakukan pada zaman dulu. Tradisi ini berhenti dilaksanakan karena dianggap rumit dan cukup mengerikan. Faktor yang lainnya adalah karena masuknya pengaruh agama Islam dan Kristen ke dalam marga ini.
12. Kuburan bayi Kambira – Toraja.
Ritual ini berlaku untuk bayi-bayi asal Tana Toraja yang meninggal sebelum tumbuh gigi. Pohon yang dijadikan lokasi pemakamannya adalah pohon Tarra yang punya banyak getah. Jenazah bayi akan dimasukkan dalam sebuah lubang yang dibuat dekat pohon tersebut tanpa berbalut kain. Tujuannya adalah agar bayi tersebut dapat dilahirkan kembali dalam rahim yang sama.
13. Makam di atas Tanah dayak Benuaq – Kalimantan.
Orang-orang dayak Banuaq tidak menguburkan jenazah orang yang sudah meninggal ke dalam tanah. Pada saat meninggal, jenazah akan dimasukkan dalam sebuah kayu bulat yang digantung di sekitar rumah sampai Jenazahnya menjadi tulang-belulang. Setelah itu akan dilakukan upacara pemberkatan dan tulang-tulang tersebut akan dipindahkan ke dalam sebuah kotak kayu ulin yang permanen. Kotak kayu ini disangga dengan beberapa tiang.
14. Batu Lemo – Tana Toraja.
Bangsawan-bangsawan Tana Toraja akan dikuburkan ke dalam bukit batu. Sebuah lubang berukur 3 x 5 di bukit tersebut biasanya diisi oleh satu keluarga. Masing-masing lubang biasanya terdapat sejumlah patung kayu yang disebut tao-tao.