Animator Hollywood Asal Indonesia yang Sukses!
Film-film animator hollywood seperti “Iron Man”, “Kung Fu Panda”, “Moana”, “Star Wars”, atau “Transformer”? pasti kalian sudah tahu kan? hayoo siapa yang masih belum nonton?
Pembuatan film-film tersebut ternyata dikerjakan oleh orang Indonesia loh. Ini merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Pasalnya, membuat sebuah film bukanlah pekerjaan yang mudah. Membutuhkan waktu, gagasan, dana, hingga kerjasama tim untuk menciptakan sebuah film yang berkualitas dan sukses di pasaran.
Pembuatan film juga membutuhkan kru yang profesional dan solid, karena masing-masing dari mereka memegang peranan penting di dalam pembuatan film, mulai dari sutradara, produser, script supervisor, make up artist, stuntman, costum designer, ilustrator, cinematographer, dan masih banyak lagi lainnya. Berikut para Animator terbaik asal Indonesia yang sukses di Hollywood.
Rini Sugianto.

Rini bisa dibilang seorang animator yang sudah makan asam garam di dunia animasi. Ia merupakan Alumnus Universitas Parahyangan, Bandung jurusan arsitektur. Awalnya ia belajar teknologi digital 3D untuk membuat bangunan, namun akhirnya ia tertarik pada seni animasi. Rini lalu melanjutkan studinya pada bidang animasi di Academy of Art University di San Fransisco.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di tahun 2005, Ia mengaku sempat kesulitan juga mencari pekerjaan. Lalu ia kemudian mendapatkan kesempatan untuk magang di sebuah perusahaan game di San Fransisco dan langsung ditetapkan menjadi karyawan setelah 3 bulan menjalani magang. Sejak tahun 2010, ia bergabung dengan Weta Digital di Selandia Baru.
Sepanjang kariernya, terhitung telah menggarap beberapa film seperti “The Adventure of TinTin”, “The Desolation of Smaug”, “Ted 2”, dan film laris lainnya seperti “The Avengers”, “Iron Man 3”, dan “The Hunger Games: Catching Fire.”
Meski sudah sukses, Rini tetap gak sombong loh. Baginya, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Ia juga berpesan kepada animator di tanah air untuk terus bekerja keras dan pantang menyerah, serta tidak ragu untuk menerima kritikan demi mengembangkan kemampuan.
Griselda Sastrawinata.

Wanita kelahiran 1982 ini, sejak kecil sudah menyukai film-film Disney, seperti The Little Mermaid, Sleeping Beauty, Aladdin, hingga Lady in Tramp. Pengalaman tersebut akhirnya membuat dirinya terinspirasi untuk berkarier di industri animasi, khususnya di Disney.
Griselda memutuskan untuk pindah ke AS ketika ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA dan kemudian melanjutkan kuliah di Art Center College of Design di Pasadena, California. Setelah kuliah, ia dikontrak oleh DreamWorks Animation, yang merupakan sebuah studio film ternama di California. Namun ia tetap menyimpan impiannya untuk bekerja di Disney.
Setelah 9 tahun menunggu, akhirnya kesempatan itu datang menghampirinya. “Moana” menjadi debut pertamanya bersama Disney. Ia juga menggarap beberapa judul film seperti “Frozen Holiday Special” dan “Wreck it- Ralph”. Sebelum bekerja di Disney, Griselda juga telah turut serta membuat 17 film animasi, diantaranya “Shrek Forever After”, “Puss in Boots”, “How to Train Your Dragon 2”, “Kung Fu Panda 2”, “The Croods”, dan “Home”.
Tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang bekerja di Disney, Griselda juga tidak pelit untuk membagikan ilmunya. Bahkan melalui akun instagram miliknya “@grizandnorm” ia juga membagikan teknik menggambar dan melukis secara gratis setiap hari Selasa.
Andre Surya.

Dari pengalamannya ini kita dapat belajar untuk jangan pernah meremehkan sebuah hobi. Siapa sangka, Andre yang dulunya harus sembunyi-sembunyi tengah malam dengan orangtuanya untuk bermain video game, sekarang memiliki karier yang cemerlang dari hobinya tersebut.
Ia mengaku kecanduan dengan video games 3D sejak SD. Bahkan ia rela menunggu sampai tengah malam sampai orangtua nya tertidur, hanya untuk dapat bermain game sambil belajar grafis 3D. Andre pernah berkuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanegara, namun hanya bertahan 1 tahun karena ia diterima bekerja di Polaris 3D, sebuah perusahaan Advertising dan Architectural Visualization.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan diplomanya pada jurusan film dan special effect di Vancouver, Kanada. Setelah menyelesaikan diploma, ia bekerja di Industrial Light and Magic (ILM) Lucasfilm Singapura, yang merupakan salah satu rumah produksi film terkemuka di dunia yang didirikan oleh sutradara film Star Wars, George Lucas.
Di sana, ia menjadi satu-satunya orang Indonesia yang menjadi bagian dari tim digital artist. Beberapa film yang pernah sentuhan tangannya adalah Iron Man, Indiana Jones, Star Trek, dan masih banyak lagi.
Sekarang Andre sudah kembali ke Indonesia dan mendirikan sebuah studio animasi dan sekolah ilmu digital art. Yang luar biasa, Andre juga memililki program sosial dengan membuka kelas gratis untuk anak-anak jalanan utuk mendalami animasi 3D dengan menggunakan perangkat software. Bahkan ia tidak segan untuk menawarkan siswanya untuk magang dan bekerja di studio miliknya jika sudah dirasa mahir.
Michael Reynold Tagore.

Reynold adalah salah satu anak bangsa diantara sekian banyak animator kelas dunia yang terlibat dalam penggarapan film The Hobbit. Selain trilogi The Hobbit, pria kelahiran 1979 ini pernah terlibat di dalam beberapa film Hollywood seperti “Dawn of The Planet of The Apes”, “The Wolverine”, “Man of Steel”, “Iron Man 3”, “Happy Feet 2”, ”The Maze Runner”, “Fast and Furious 7”, dan “Superman Dawn of Justice”.
Kesuksesan tidak diraih dengan mudah oleh Reynold. Ia memulai karier dari bawah, dengan melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan. Dari ratusan lamaran yang ia kirim, hanya 3 perusahaan yang memanggilnya. Saat kecil, ia sering diremehkan karena hobi menggambarnya. Meskipun dilarang orangtuanya karena dianggap tidak berguna, Reynold masih sering mencuri waktu untuk menggambar.
Setelah tamat SMA, Reynold mendalami ilmu desain grafis di Universitas Tarumanegara kemudian melanjutkan S2 di jurusan ilmu desain grafis University of Technology Sidney. Selama kuliah ia rajin mengasah skill mendesain dan memperluas jaringan hingga bisa terlibat dalam film-film Hollywood seperti sekarang. Di luar kuliah ia juga rajin mengupdate ilmunya secara online dari beberapa website desain.
Reynold juga pernah bekerja sebagai ilustrator pada perusahaan edukasi di Singapura, kemudian menjadi desainer 3D pada sebuah perusahaan game di Australia, hiingga akhirnya ia dikontrak oleh perusahaan VFX Company di Sydney dan bergabung di pembuatan fillm Happy Feet 2. Sekarang iniReynold bekerja di Weta Digital, sebuah perusahaan film asal New Zealand yang menjadi pemasok film box office di Hollywood.
Reynold bisa menikmati hasil kerja keras dan ketekunannya. Meskipun terbilang sudah mahir di bidangnya, rupanya Reynold masih aktif berlatih menggambar di rumah loh. Ia juga bercita-cita suatu saat nanti karya nya bisa membuahkan piala Oscar.
Percaya pada mimpimu!
Ternyata menembus pasar dunia bukan hal yang tidak mungkin guys. Dari beberapa sosok diatas, kita bisa belajar bahwa dibutuhkan fokus, kerja keras, dan semangat pantang menyerah untuk mengejar apa yang kita impikan. Tidak ada satupun dari mereka yang mencapai kesuksesan dengan cara yang singkat dan mudah. Dan jangan pernah meremehkan impian orang lain. Karena Semua impian akan menjadi nyata jika kita percaya dan berusaha dengan keras.